Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Siber Tinggi, Transaksi "E-Payment" Harus Didukung Komputasi Awan

Kompas.com - 14/05/2016, 10:44 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingkat keamanan komputasi awan yang tinggi diperlukan untuk menjamin keamanan siber (cyber security) dalam transaksi pembayaran elektronik (e-payment). Sebab menurut para pakar teknologi informasi (TI) Indonesia masih menjadi negara dengan tingkat serangan siber yang cukup tinggi.  

Dalam laporan Microsoft berjudul “Security Intelligence Report v20” yang dipublikasikan pada 5 Mei 2016, terungkap bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat infeksi software berbahaya (malware) terbesar, yaitu di atas 50 persen.

Setiawan Adhiputro, Vice President – Governance, Risk, and Compliance, KartuKu mengungkapkan, sebagai salah satu negara dengan infeksi malware terbesar, Indonesia membutuhkan platform teknologi yang aman untuk mendukung penerapan transaksi e-payment.

"Komputasi awan dapat menjadi solusi yang aman untuk mendukung berkembangnya penerapan e-payment di Indonesia," kata dia melalui rilis ke Kompas.com.

Data yang disimpan ke dalam komputasi awan terjamin keamanannya karena berbagai peraturan serta standar praktek keamanan informasi seperti ISO 27001 turut mengelola sistem keamanan komputasi awan.
 
Microsoft sendiri berinvestasi besar untuk menjamin keamanan Microsoft Azure. Sebagai hasilnya, Microsoft Azure sukses menjadi penyedia layanan komputasi awan pertama yang diakui oleh otoritas perlindungan data Uni Eropa karena komitmennya terhadap undang-undang privasi yang ketat di Uni Eropa.

Kejahatan Siber

Penerapan e-payment di Indonesia saat ini masih memiliki tantangan dari segi cyber security. Dari hasil temuan Norton Cybersecurity Insight Report, rata-rata pengguna dunia siber kehilangan hampir 358 dollar AS per orang atau sekitar total 150 miliar dollar AS akibat kejahatan siber per tahun.

Di Indonesia sendiri, kerugian akibat kejahatan siber diperkirakan mencapai Rp 33,29 miliar. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan perampokan nasabah bank secara konvensional.

Melalui keamanan yang ditawarkan oleh komputasi awan, transaksi e-payment dapat semakin berkembang sejalan dengan target pemerintah untuk menjadikan Indonesia Less Cash Society.

Menurut Ardi Sutedja, Board Secretary - Professions & Associations Board MASTEL, kejahatan siber lebih disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat pengguna internet untuk menjaga keamanan transaksi keuangan online-nya.

“Dari sisi teknologi sebetulnya transaksi dapat berjalan cukup aman dengan menggunakan komputasi awan. Persoalan terbesar dalam kejahatan siber terkait transaksi elektronik justru berasal dari penggunanya sendiri," kata dia.

Pengguna saat ini terlalu percaya diri dengan pengetahuan yang dimilikinya tentang keamanan online. Sebagian besar dari mereka tidak melakukan tindakan mendasar dalam hal keamanan online, seperti penggunaan kata sandi yang terlalu sederhana.

Kompas TV Terlibat Cyber Crime, 86 Warga Tiongkok di Deportasi


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com