Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Lada Bangka Kesulitan Penuhi Permintaan Dunia

Kompas.com - 16/05/2016, 14:00 WIB
Heru Dahnur

Penulis

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Kebutuhan lada dunia yang mencapai 70 ribu ton per tahun, belum bisa terpenuhi karena aneka faktor. Oleh sebab itu, diperlukan komitmen pemerintah daerah dan kelompok tani agar bisa menyuplai lada dalam jumlah besar.

Hal demikian terungkap dalam sesi diskusi Forum Peduli Lada di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Senin (16/5/2016).

Ketua Badan Pengelolaan, Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L) Bangka Belitung, Zainal Arifin mengatakan, kemampuan suplai lada untuk pasaran dunia menurun drastis dari 80 persen menjadi di bawah 20 persen.

“Bayangkan saja, Provinsi Bangka Belitung yang sejak zaman nenek moyang terkenal sebagai penghasil lada, hanya mampu 10.000 ton saja dalam setahun,” kata Zainal Arifin di hadapan puluhan peserta diskusi yang terdiri dari Bappeda, Dinas Pertanian, Kelompok Tani dan mahasiswa.

Tergerusnya produksi lada Bangka, kata Zainal karena masyarakat sempat tergiur dengan tambang timah inkonvensional. Dalam waktu bersamaan, produksi lada menurun karena hama jamur akar dan kualitas bibit yang rendah.

“Setelah timah tak lagi menawarkan keuntungan masyarakat mulai beralih ke lada. Tapi kondisinya sudah banyak berubah. Kandungan tanah yang rusak, serta mulai dibukanya perkebunan sawit,” papar Zainal.

Pemerintah diharapkan memprioritaskan pengembangan lada ketimbang kelapa sawit. Ketersediaan bibit unggul dan pelatihan teknis penanaman dibutuhkan masyarakat petani.

Panitia diskusi, Ipung, berharap lada Bangka yang memiliki lisensi muntok white paper (Lada Putih Bangka) kembali berjaya di pentas ekspor. Harga jual Rp170-180 ribu per kilogram menjadi momen untuk menggairahkan produksi lada.  

“Industri makanan dalam negeri saja masih belum terpenuhi, belum lagi permintaan dunia,” ujar Ipung.

Kompas TV Lada Dicuci dengan Pemutih?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com