LONDON, KOMPAS.com - Inggris bisa tenggelam dalam resesi setahun jika memilih hengkang dari keanggotaan Uni Eropa, menurut menteri keuangan George Osborne, dalam upayanya menjaga Inggris tetap masuk dalam koridor Uni Eropa.
"Masyarakat Inggris harus bertanya pada diri sendiri, bisakah kita memilih untuk resesi?" kata Osborne. "Benarkah masyarakat Inggris benar-benar memilih resesi?"
Dengan waktu kurang sebulan sebelum masyarakat Inggris melakukan polling paling strategis bagi keputusan negara ini dalam satu dekade, aneka opini terus berkembang di masyarakat.
Polling apakah Inggris akan tetap di Uni Eropa atau keluar dari Uni Eropa (Brexit) akan dihelat pada 23 Juni 2016 mendatang.
Opini terbaru, sebagian besar masyarakat Inggris masih memilih opsi "In" ketimbang "Out", yang artinya masih banyak yang memilih masuk ke keanggotaan Uni Eropa. Tapi sebagian lembaga polling mengatakan hal tersebut terlalu dini untuk diungkapkan.
Osborne yang memimpin kampanye "In" menekankan risiko Brexit bagi perekonomian negara ini. Dia meramalkan adanya penurunan standar hidup serta jatuhnya harga rumah dan naiknya tagihan belanja.
Analisis baru dari menteri keuangan ini memaparkan dua era paska Brexit skenario.
Pertama, skenario guncangan yang lebih halus (milder shock). Hal ini terjadi jika Inggris mencapai kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa.
hasilnya, ekonomi akan 3,6 persen lebih rendah setelah dua tahun, jika dibandingkan Inggris tetap di Uni Eropa.
Inflasi juga akan naik dan harga rumah akan 10 persen lebih rendah, ketimbang Inggris masih masuk sebagai anggota Uni Eropa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.