JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pariwisata Arief Yahya menumpahkan unek-uneknya terkait pariwisata bahari Indonesia kepada media usai meluncurkan Sail Selat Karimata.
Ia tak habis pikir mengapa ada regulasi-regulasi yang justru mempersulit kapal pesiar (cruise) dan kapal layar (yacht) untuk masuk ke Indonesia.
Padahal kehadiran kapal-kapal tersebut diyakini mampu mengerek devisa di sektor pariwisata bahari.
"Untuk masuk ke Indonesia susahnya luar biasa, enggak pernah bisa..., yacht datang ke Indonesia itu 3 minggu, sementara kompetitor kita hanya 1 jam," ujar Arief di Jakarta, Rabu (1/6/2016).
Selama ini kata dia, pendekatan yang dipilih Indonesia lebih ke arah keamanan dari pada pelayanan.
Akibatnya muncul regulasi-regulasi yang justru dianggap menghambat pertumbuhan sektor pariwisata.
Pendekatan keamanan itu menurut Arief tidak hanya berlaku untuk yacht, tapi juga untuk kapal pesiar atau cruise.
"Harus berbendara Indonesia, (padahal) kita belum punya cruise, sehingga apa yang terjadi kalau orang Indonesia mau naik cruise? dia harus ke Singapura, lalu kalau ada turis di Indonesia tidak bisa naik dan turun di Indonesia. Jadi dia harus pergi (ke Singapura). Kalau turis pergi yang dapat sono (Singapura), bukan sini (Indonesia)," kata Arief.
Menurut Arief, pendekatan keamanan yang dilakukan terhadap kapal-kapal asing yang masuk ke Indonesia justru bentuk dari ketakutan yang berlebihan atau paranoid.
Padahal ucap dia, kapal-kapal asing tersebut bisa dipantau lewat teknologi yang semakin berkembang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.