LARANTUKA, KOMPAS.com - Nelayan Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyampaikan keluhan mereka kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengenai ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar untuk mereka melaut.
Wakil Ketua Himpunan Nelayan Pole Line and Handline Flores Timur, Paul Kedang mengatakan, hanya ada satu Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di Larantuka dengan alokasi terbatas. Solar yang tersedia untuk satu SPDN tersebut hanya sebanyak 200 kiloliter (KL).
"Kami butuh tambahan lagi setidaknya 300 KL," kata Paul kepada Susi, di Larantuka, Flores Timur, NTT, Jumat (10/6/2016).
Kepada Kompas.com, Paul menyampaikan saat ini ada sebanyak 90 kapal pole line berukuran di atas 15 gross tonage (GT) yang melaut dengan frekeunsi 20-22 hari per bulan.
Selain itu, ada pula 200 mini purse seine berukuran di bawah 5 GT yang melaut dengan frekuensi sama.
Kebutuhan akan BBM sangat penting bagi para nelayan. Rata-rata kebutuhan solar untuk kapal di atas 15 GT sekitar 500 liter dalam sekali melaut di satu titik. Itu pun tergantung fishing ground yang dituju.
Semakin jauh belayar, tentu BBM yang dibutuhkan semakin banyak. "500 liter solar itu untuk belayar antara 70 hingga 90 mil," ucap Paul.
Sementara itu, kapal-kapal mini purse seine di bawah 5 GT membutuhkan 80 liter solar untuk belayar sejauh delapan hingga sembilan GT. Paul mengatakan, apabila solar di SPDN habis, para nelayan terpaksa mencari dari SPBU.
"Kalau di SPDN solarnya hargarnya RP 4.150 per liter, kalau di SPBU sekitar Rp 7.000 per liter," kata Paul.
Dalam kesempatan dialog dengan nelayan, Susi menyampaikan pihaknya akan mengusulkan dibuatkannya SPDN baru.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.