Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebenarnya, Apa Saja Dampak "Brexit" bagi Asia?

Kompas.com - 26/06/2016, 12:15 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Referendum yang memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa dalam sekejap melemahkan kinerja nilai tukar mata uang dan pasar saham Asia. Namun, apa saja sebenarnya dampak Brexit bagi Asia?

Pemerintah Jepang, Korea Selatan, dan India menyatakan tidak banyak dampak Brexit terhadap perekonomian riil mereka. Ketiga negara pun berupaya meyakinkan para investor dan menenangkan pasar.

Namun demikian, banyak pengamat dan analis menyatakan dampak langsung Brexit terhadap ekonomi-ekonomi Asia tidak terlalu signfikan dalam jangka panjang. Hal ini dapat dilihat dari persentase ekspor ke Inggris terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Dalam persentase, ekspor ke Inggris berkisar antara 2 sampai 3 persen untuk negara seperti Hong Kong dan Vietnam, bahkan lebih rendah, yakni 0,2 sampai 1 persen bagi negara-negara lainnya, termasuk Malaysia dan Indonesia," kata ekonom OCBC Wellian Wiranto seperti dikutip dari BBC, Minggu (26/6/2016).

Akan tetapi, bisnis di beberapa negara utama Asia, dalam hal ini adalah Jepang dan India, akan berdampak.

Misalnya saja, beberapa produsen mobil besar Jepang seperti Toyota telah menyatakan pilihan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa dapat berdampak pada 10 persen bea terhadap mobil pabrikan Inggris yang dijual di Uni Eropa.

Saat ini, Toyota mengekspor hampir 90 persen mobil produksi pabriknya di Inggris. Adapun tiga perempatnya diekspor ke Uni Eropa saja.

Perusahaan elektronik Jepang Hitachi pun menyatakan bakal mempertimbangkan kembali operasionalnya di Inggris menyusul Brexit.

Sementara itu, India yang fokus pada perusahaan teknologi mengekspor seperempat dari total produk TI ke Inggris dan Eropa, dengan nilai sekitar 30 miliar dollar AS.

Ada pula Tata Group, perusahaan India yang telah beroperasi di Inggris sejak tahun 1907.

Dampak terhadap Indonesia Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menyatakan, dampak Brexit terhadap Indonesia tidak terlalu signifikan.

Pasalnya, hubungan ekonomi dan perdagangan Indonesia dengan Inggris tidak terlalu besar.

"Karena sekarang ekspor dan impor Indonesia dengan Inggris belum terlalu besar. Kami lihat dampaknya tidak terlalu besar, jadi masih bisa kami jaga," jelas Agus.

Namun demikian, Agus mengungkapkan bank sentral terus mengamati proses negosiasi antara Inggris dengan Uni Eropa pasca Brexit. Agus menjelaskan, proses ini setidaknya bisa memakan waktu 2 tahun.

"Hasil referendum Inggris keluar dari Uni Eropa tidak langsung otomatis. Inggris harus membuat permintaan ke Uni Eropa untuk keluar. Ada proses negosiasi, dibicarakan tarif, migrasi, non tariff barrier. Perlu 2 tahun, implikasinya biasanya jangka panjang," terang Agus.

Kompas TV Infografis: Apa itu Brexit?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com