Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lilin Lucu sampai Jamu, Jurus Mereka untuk Mandiri...

Kompas.com - 30/06/2016, 13:43 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

MALANG, KOMPAS.com – Bagi masyarakat miskin, pemberdayaan adalah cara untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi. Di Jawa Timur, misalnya, banyak dari mereka yang sudah memulai usaha. Seperti apa produk-produknya?

Skala usaha itu memang belum besar, karena masalah modal. Tak semua orang miskin juga sudah menjadi peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Namun, kegiatan lain yang mengikuti program itu juga dinikmati warga non-penerima PKH. 

Supartun (42), misalnya, membuat usaha susu kedelai dan jamu kunyit asam dalam kemasan botol. Dia membawa produk buatannya saat pencairan tahap kedua bantuan PKH, di Kantor Pos Surabaya Selatan, Kota Surabaya, Sabtu (25/6/2016).

“Usaha yang saya bangun ini sudah berjalan satu tahun. Saya pilih ini (usaha minuman) karena bahan-bahannya mudah didapat,” ujar Tun, biasa ia disapa.

Minuman buatan Tun merupakan salah satu produk yang juga dilihat Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat bertandang ke Jawa Timur pada Sabtu dan Senin (27/6/2016).

Tun bertutur, modal usaha ini masih berasal dari miliknya sendiri. Namun, dia mengaku mendapatkan ide usaha itu dari pelatihan yang digelar Kementerian Sosial.  

“Modal awal sekitar Rp 300.000, untuk beli botol kemasan, dan bahan pokok seperti kedelai, kunyit, susu, dan gula,” ujar dia.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Supartun (42) menjajakan produjsi dagang susu keselai dan kunyit asam di acaara pencairan dana Prigram Keluarga Harapan (PKH) yang diselenggarakan di Kantor Pos Surabaya Selatan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (25/6/2016).

Modal itu, kata Tun, belum ditambah dengan perhitungan biaya alat yang dipakai. Dari hitungan biaya itu, setiap botol minuman dia banderol Rp 6.000. Hasil penjualan, aku dia, bisa dipakai untuk tambahan pendapatan keluarga.

“(Hasilnya) lumayan. Di hari biasa, saya bisa jual 20-25 botol. Nah, kalau bulan puasa bisa dua kali lipat,” sebut Tun.

Lain lagi cerita dari Kabupaten Malang. Indahyatul Mafluha (28), salah satu penerima PKH di sana, membuat usaha lilin aromatherapy. Seperti halnya Tun, dia mendapatkan ide usaha dari pelatihan Kementerian Sosial.

Tak seperti produk lain sesama aromatherapy, lilin buatan Indah juga dibentuk lucu-lucu. Salah satu yang paling banyak peminat, sebut Indah, adalah yang berbentuk kelopak bunga dalam mangkuk.

Untuk lebih menarik perhatian, Indah juga mewarnai lilin-lilin itu dengan corak bergradasi. Setiap satuan produk ini Indah hargai Rp 15.000.

“Saya ikut pelatihan membuat lilin aromatherapy sebulan lalu di Surabyaa. Sampai rumah, saya coba-coba buat lalu menjualnya,” kata Indah.

Untuk memulai usaha ini, Indah butuh modal Rp 200.000. dengan modal itu, ia bisa menghasilkan 17 mangkuk lilin beraroma.

Pemberdayaan ekonomi

Indah dan Tun punya mimpi yang sama. Mereka ingin, usaha yang dijalankannya itu bisa lebih besar lagi. Tantangannya adalah modal.

Untuk itu, beberapa waktu lalu mereka mengajukan permohonan bisa ikut program Kelompok Usaha Bersama (Kube) dari Kementerian Sosial. Program ini sebenarnya sudah ada sejak 1985 tetapi belakangan lebih digiatkan lagi untuk mendorong percepatan kemandirian masyarakat miskin.

“Tiga bulan lalu saya mengajukan Kube, tetapi belum dapat jawaban disetujui atau tidaknya,” kata Tun.

Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Andi Zainal Abidin Dulung menyebutkan kehadiran PKH memang bisa menjadi ladang bisnis baru. Peserta atau penerima PKH yang selama ini mendapat bantuan sosial bisa "naik kelas" menjadi pelaku usaha.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Salah satu produk kreatif yang dibuat oleh peserta Program Keluarga Harapan (PKH) di Kbaupaten Malang. LIlin aromatherapy ini dihargai Rp 15.000.

Program bantuan yang bersinergi dengan beragam program lain terkait pengentasan kemiskinan ini bisa menjadi "jembatan" untuk berbagai kegiatan yang lebih produktif. Ujungnya adalah harapan masyarakat miskin bisa mandiri dan berdaya dapat terwujud dengan sendirinya.

“Menteri Sosial pernah bilang, sudah seharusnya para peserta (PKH) ikut berkontribusi jadi pelaku juga,” ucap Andi.

Lebih lanjut, upaya menjadikan bantuan sosial sebagai rantai pemberdayaan ekonomi yang lebih luas adalah dengan mengubah pola penyaluran secara bertahap. Sudah dimulai dari Kota Malang, penyaluran bantuan sosial--tak hanya PKH--akan dilakukan lewat mekanisme non-tunai.

Triliunan rupiah dana untuk pengentasan kemiskinan tak perlu seketika disalurkan dalam waktu bersamaan, penggunaannya pun bisa lebih diatur oleh para penerimanya. Inflasi tak perlu terjadi karena jadwal pengucuran bantuan, bersamaan manfaat dari dana itu pun diharapkan tak hanya sesaat.

(Baca: Masa, Makin Miskin Orang Indonesia Dompetnya Malah Makin Tebal...)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com