JAKARTA, KOMPAS.com — Guna mengembangkan produk efek berbasis syariah, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana menggandeng Bursa Efek Malaysia atau Kuala Lumpur Stock Exchange dalam membangun kerja sama pembangunan riset.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, BEI bersama bursa Malaysia akan memiliki fasilitas riset yang dapat menjadi pusat informasi produk syariah di dunia.
"Kita akan menggandeng Malaysia untuk membangun risetnya. Jadi, kalau ada yang tanya equity syariah product bisa tanya ke Indonesia atau Malaysia," ujar Tito di Jakarta, Rabu (27/7/2016).
Adapun tujuan kerja sama ini, kata Tito, dalam rangka pengembangan efek syariah di industri pasar modal, mengingat proses riset terhadap berbagai aspek, seperti sinergi strategis, sumber daya manusia (SDM), serta pengembangan dan rekomendasi produk berbasis syariah yang memerlukan kajian mendalam.
"Dengan kerja sama ini, nantinya kita harapkan Indonesia dan Malaysia menjadi pusat equity syariah," terang Tito.
Menurut Tito, produk investasi syariah harus tetap pada kodratnya, yakni memiliki prinsip bagi hasil yang menguntungkan dan menghindari kegiatan yang spekulatif dalam transaksi keuangan.
"Instrumen investasi syariah itu jangka panjang, kalau bicara bagi hasil tidak bisa short term (jangka pendek)," tandas Tito.
Maka dari itu, dibutuhkan pembangunan riset agar jalur instrumen investasi syariah tetap pada koridornya.
"Bagi hasil itu aset dipindahkan, kalau aset dipindahkan maka ada pajak. Itu gunanya kami dan Malaysia bangun survei riset supaya bisa jalankan secara murni," pungkas Tito.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.