Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Tunggu Langkah Pemerintah bila Pengampunan Pajak Gagal

Kompas.com - 01/08/2016, 06:29 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NUSA DUA, KOMPAS.com - Investor dan pelaku pasar keuangan menyambut positif program pengampunan pajak atau tax amnesty yang dilakukan pemerintah.

Kebijakan ini dinilai mampu mendorong penerimaan pajak dan pembangunan ekonomi Indonesia ke depan.

Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy menyatakan, dampak program pengampunan pajak dalam jangka pendek dapat mulai terlihat. Namun, dampak riilnya terhadap perekonomian Indonesia masih belum akan terlihat.

"Saya lihat dampak tax amnesty dalam jangka pendek sudah terlihat di market kita. Tapi impact riil ke pertumbuhan makro baru bisa tahun depan," kata Leo dalam diskusi perekonomian Bank Indonesia (BI) di Hotel Westin Nusa Dua, Bali, Minggu (31/7/2016).

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada menjelaskan, dampak pengampunan pajak dalam jangka pendek dapat terlihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Setelah Undang-undang Pengampunan Pajak disahkan, IHSG langsung mencuat.

"Setelah UU tax amnesty disahkan, IHSG mencapai 5.300 level tertinggi. Pasar sedang haus sentimen yang bisa gerakkan pasar secara signifikkan," ungkap Reza.

Meski demikian, pasar kini masih menunggu setimen selanjutnya terkait pengampunan pajak.

Pasar, kata Reza, menanti bagaimana mekanisme pengampunan pajak dan seberapa besar potensi dana yang masuk ke pasar.

Pemerintah melalui kebijakan amnesti pajak menargetkan dapat meraup tambahan penerimaan pajak sebesar Rp 165 triliun. Artinya untuk mencapai target tersebut butuh Rp 4.000 triliun hingga Rp 5.000 triliun dana yang masuk ke Indonesia.

Reza menyatakan, apabila target tersebut tidak tercapai maka ini malah akan menjadi bumerang bagi pasar keuangan.

"Adanya tax amnesty bisa jadi berita positif, tapi jadi bumerang. Mereka akan lihat seberapa besar dana yang masuk," terang Reza.

Leo mengungkapkan, pasar sudah menilai bahwa target tersebut terlalu tinggi dan optimistis. Hal yang dinantikan pasar adalah apa yang dilakukan pemerintah bila target tersebut gagal tercapai.

"Market sudah tahu, mereka menunggu apa yang dilakukan pemerintah (bila gagal tercapai). Apakah adjusment bersifat pragmatis, ada shortfall pajak, atau yang sebelumnya ada deja vu risk. Bukan targetnya, tapi apa yang akan dilakukan," ungkap Leo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com