Oleh @Rudiyanto_zh
Dipicu oleh beberapa faktor mulai dari perekonomian yang kembali menggeliat, suku bunga The Fed Amerika Serikat yang tidak jadi naik, program Amnesti Pajak, dan susunan kabinet baru yang mendapat respon positif dari pasar, IHSG terus mencetak kenaikan yang signifikan.
Dalam kondisi demikian, apakah tepat untuk memulai investasi di reksa dana?
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia, kinerja bursa saham di dunia dari periode 31 Desember 2015 hingga 1 Agustus 2016 adalah sebagai berikut:
Angka ini masih kemungkinan besar bisa naik lagi jika sentimen positif di bursa saham Indonesia meningkat hingga akhir tahun.
Tren di atas juga menunjukkan bahwa dana global kembali mengalir ke negara berkembang dimana Indonesia menjadi salah satu pilihan utama para investor, baik dari investor global yang ingin mengembangkan dana dan juga dari investor lokal yang ingin merepatriasikan dananya.
Kenaikan IHSG yang tinggi ini turut membuat kinerja reksa dana meningkat. Hal ini merupakan berita baik bagi investor reksa dana karena hasil investasinya berkembang dan juga menarik minat calon investor baru untuk berinvestasi di reksa dana.
Meski demikian, ketika mau memulai atau menambah investasi reksa dananya, muncul pertanyaan dari sebagian investor. Apakah kenaikan harga saham sudah terlalu tinggi? Apakah sebaiknya menunggu pasar turun dulu baru kemudian berinvestasi?
Pertanyaan di atas sebenarnya merupakan pertanyaan klasik yang muncul setiap kali IHSG mengalami pertumbuhan yang positif.
Ada juga investor yang memiliki pengalaman membeli di harga tertinggi, kemudian saham mengalami penurunan dan hasil investasinya baru menguntungkan setelah beberapa tahun. Oleh karena itu, sangat wajar apabila terdapat pertanyaan tersebut.
Keragu-raguan untuk memulai atau menambah investasi reksa dana tidak hanya muncul pada saat ketika IHSG sedang naik. Pada saat sedang turun, investor juga ragu-ragu karena menunggu IHSG benar-benar turun ke titik terendah.
Yang menjadi permasalahan, investor dan para manajer investasi yang profesional sekalipun tidak tahu berapa harga terendah IHSG dan kapan harga tersebut akan tercapai.
Untuk itu, dalam memulai investasi khususnya reksa dana saham sebaiknya tidak didasarkan pada apakah pasar sedang naik atau turun, tapi didasarkan pada tujuan investasi.
Sesuai dengan karakteristik risk and return-nya, investasi reksa dana dikhususkan untuk tujuan investasi di atas lima tahun.
Jadi ketika memulai investasi, pertanyaannya bukanlah apakah sekarang waktu yang tepat untuk masuk atau tidak, tetapi berapa lama rencana investasi reksa dana saham tersebut dilakukan.
Jika memang minimal lima tahun, maka mau kondisi pasar sedang naik atau pasar sedang turun tidak terlalu menjadi persoalan.
Memang benar, pengalaman berinvestasi reksa dana ketika harganya mencapai titik tertinggi dan kemudian jatuh dan rugi selama bertahun-tahun tidak mengenakkan.
Namun risiko tersebut bisa dimitigasi apabila investor memiliki tujuan investasi jangka panjang.
Sebagai contoh, pada 2008 merupakan periode penurunan saham terbesar dalam 15 tahun terakhir di sejarah pasar saham Indonesia.
Harga saham mengalami penurunan hingga 50,64 persen dalam 1 tahun. Pada titik tertingginya di 2008, IHSG sempat berada di level 2.800-an dan pada harga terendah sempat jatuh ke level 1.200-an.
Investor yang membeli pada titik tertinggi bahkan bisa mengalami kerugian hingga 60 persen – 70 persen.
Namun perlu dicatat bahwa kerugian tersebut merupakan kerugian yang belum direalisasikan karena selama belum dijual, ketika harga saham naik, nilai investasi bisa meningkat kembali.
Nah, lima tahun setelahnya, atau pada awal 2013, IHSG telah mencapai level 4.400-an atau naik hampir 57 persen dari titik tertinggi di 2008.
Jadi meski tidak menghindarkan investor dari kerugian, investasi jangka panjang terbukti membuat investor kembali mengalami keuntungan dalam jangka panjang.
Meski sejarah tidak selalu berulang, sebetulnya pengalaman ini juga mirip dengan investor yang memulai investasi reksa dana pada 2015 dan masuk ketika IHSG di level 5.500-an.
Setelah itu, IHSG mengalami penurunan dalam hingga ke 4.200-an atau turun 23 persen. Belum sampai lima tahun, kini pada Agustus 2015, IHSG sudah naik kembali ke 5.300-an.
Memang tidak ada jaminan bahwa IHSG akan kembali menguat, namun kemungkinan IHSG untuk melampaui titik tertinggi di 2015 sangat besar.
Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa untuk berinvestasi reksa dana, pertanyaan yang paling penting adalah bukan “kapan” waktu memulainya, tapi “berapa lama” anda akan berinvestasi.
Jika anda berencana untuk berinvestasi reksa dana saham untuk lima tahun ke depan, “kapanpun” merupakan waktu yang tepat untuk memulai.
Demikian semoga artikel ini bermanfaat.