Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Salah Kaprah: Belilah Properti Tempat Tinggal Sesuai "Budget"

Kompas.com - 19/08/2016, 09:30 WIB
Ryan Filbert

Penulis

Agaknya artikel saya yang kali ini akan menjadi sedikit kontroversi. Pada salah satu kesempatan, seorang murid sekaligus rekan bertanya kepada saya, “Ko, kalau saya ada uang nih sebesar Rp xxx, kira-kira beli properti dimana yang tepat ya agar bisa saya tinggali?”

Semua orang mengetahui dan menjadi rahasia umum bahwa, properti di Indonesia harganya mahal kalau boleh untuk tidak dibilang sangat mahal. Kenaikan harga properti begitu fantastis dari hari kehari. Sehingga barang siapa tidak membeli akan tertinggal dan akhirnya kita tidak bisa memiliki properti dimana harganya bisa jauh lebih cepat naiknya dari pada pendapatan kita.

Membeli tempat tinggal adalah sebuah kebutuhan pokok. Baik Anda maupun saya, tentunya memiliki 3 kebutuhan utama yang kita kenal dengan sandang, pangan dan papan. Tanpa tempat tinggal, maka Anda tidak memiliki papan.

Akhirnya dengan percepatan kenaikan harga properti, seolah setiap orang panik membeli tanpa perlu lagi peduli apakah yang dibeli sesuai atau tidak. Daripada tidak kebagian, daripada harganya sudah melambung gila-gilaan.

Namun, apakah Anda merasa bahwa membeli tempat tinggal dengan dorongan yang tidak jelas ini, sama seperti Anda membeli pakaian tanpa memperhitungkan apakah pakaian itu kebesaran atau kekecilan atau lainnya?

Cerita menarik yang ingin saya ceritakan adalah, ada seorang suami istri yang sudah capek hidupnya menjadi "kontraktor". Eits… jangan salah, kontraktor disini bukan pengembang melainkan karena setiap tahun selalu pindah tempat ngontrak atau sewa tempat tinggal,

Karena sudah capek jadi "kontraktor", suami-istri ini bersikeras untuk punya tempat tinggal sendiri.

Yang semula tempat tinggalnya hanya berjarak 20 menit dari tempat aktivitas suami dan istri ini bekerja, setelah memiliki tempat tinggal sendiri, suami dan istri ini mendapati jarak tempat rumah tinggal pribadi dengan aktivitasnya setiap hari kini menjadi 2 jam. Jangan lupa, bila pergi 2 jam maka pulang juga 2 jam.

Loh kenapa tidak cari yang lebih dekat? Tentu jawabannya sederhana, karena yang sesuai dengan budget dan bisa sesuai dengan cicilannya adalah ya itu tempat yang jaraknya 2 jam itu.

Anda tau cerita selanjutnya? Karena tempat kerja dan tempat tinggal yang menjadi jauh dan keseharian yang jauh berlipat kelelahannya, sang istri suatu kali kecelakaan di jalan raya, meski tidak meninggal namun pemulihannya cukup lama sampai menahun!

Ini adalah sebuah potret sederhana dari kejadian korban properti tempat tinggal demi memiliki tempat tinggal sendiri berujung pada aktivitas yang menjadi tidak efisien. Biaya hidup menjadi jauh lebih tinggi, dan memiliki tidak selalu lebih indah bukan?

Tapi bagaimana lagi Ryan? Harga selalu naik, apa artinya kita tidak boleh memiliki tempat tinggal bila memang kita tidak mampu? Tentu jawabannya adalah tidak. Namun dengan mengorbankan diri kita untuk bisa memiliki sebuah tempat tinggal sendiri, seperti itu bukanlah sebuah pertukaran yang sepadan.

Memang hidup sesaat menjadi tidak adil. Ketika ada 1 orang dengan setengah mati ingin memiliki rumah tinggal, diseberang kita mampu memiliki properti berlusin-lusin.

Namun, di sinilah yang perlu kita ketahui bahwa, yang memiliki properti berlusin-lusin itu juga bisa saja mereka memilikinya dengan cara yang salah. Hasil yang tidak sesuai dengan harapan, atau bahkan justru "dirongrong" dengan properti tersebut yang minta makan (biaya) karena salah dalam konsep dasar memiliki properti.

Bila harus kita mengikuti keinginan atas dasar kebutuhan properti tempat tinggal kita sendiri, dapat saya garansi, bayangan properti tempat tinggal ideal Anda mayoritas akan lebih mahal dari kemampuan Anda saat ini pada umumnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com