Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Suku Bunga Acuan BI, Apa Suku Bunga Kredit Bank Lekas Turun?

Kompas.com - 22/08/2016, 15:50 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) telah secara resmi memberlakukan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebagai suku bunga acuan menggantikan BI Rate. Suku bunga acuan baru ini diharapkan akan memperkuat transmisi kebijakan suku bunga di pasar.

Kondisi yang terjadi sebelumnya adalah meski BI Rate sudah turun 100 basis poin alias 1 persen, namun penurunan suku bunga kredit hanya 47 basis poin. Apakah BI 7 Day Reverse Repo Rate mampu mendorong penurunan suku bunga kredit lebih cepat?

Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Destry Damayanti menilai, proses transmisi suku bunga acuan terhadap suku bunga kredit tidak bisa secara langsung.

Namun, BI 7 Day Reverse Repo Rate diyakininya akan mempengaruhi cost of fund atau biaya dana bank.

"Itu tercermin dari biaya dana, apakah itu yang sifatnya short term atau yang sifatnya agak panjang, menengah. Jadi, dia transmisinya langsung ke deposito dulu ataupun cost of fund bank, baru setelah itu masuk ke kredit," ujar Destry di sela-sela peluncuran BI Institute, Senin (22/8/2016).

Destry menuturkan, penentuan suku bunga kredig tidak bisa serta-merta diturunkan. Pasalnya, bank memiliki komite kredit yang meninjau suku bunga kredit dan kondisi lainnya terkait kredit, pun dilakukan peninjauan terkait kondisi peminjam.

Akan tetapi, pertemuan komite kredit tidak dilangsungkan setiap saat dan ada jangka waktunya. Sehingga, imbuh Destry, penyesuaian penurunan suku bunga kredit akan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan penurunan suku bunga deposito.

"Akan tetapi, pada akhirnya itu akan tercermin. Cuma sekali lagi itu kalau kondisinya ideal. Di sektor perbankan kita memang terjadi segmentasi, ada bank-bank yang sangat besar dan sangat kecil. Itu memengaruhi juga kondisi likuiditas mereka," jelas Destry.

Bank yang memiliki likuiditas besar dinilai Destry dapat menurunkan suku bunga kredit lebih cepat, sehingga proses transmisi ke kredit pun lebih cepat. Akan tetapi, bank yang memiliki likuiditas terbatas tentunya tidak bisa langsung menurunkan suku bunga deposito dan suku bunga kredit.

"Karena itu dalam hal ini kenapa masih tetap butuh pengawasan, dalam hal ini OJK, pengawasan secara mikro dari bank ke bank. Mana kira-kira suku bunga yang tepat yang akhirnya bisa masuk ke seluruh segmen bank," tutur Destry.

Kompas TV Kredit Macet Perbankan Merangkak Naik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com