Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Pentingnya Pendidikan Vokasi di Sektor Industri

Kompas.com - 22/08/2016, 18:45 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian menyatakan pentingnya pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi. Hal ini diperlukan untuk penyiapan tenaga kerja Indonesia agar mampu bersaing dengan tenaga kerja asing terutama dalam pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah berjalan.

Kemenperin tengah gencar menginisiasi program pendidikan vokasi dengan melibatkan Balai Diklat Industri (BDI). Saat ini telah dilaksanakan penerapan sistem three in one yaitu pelatihan, sertifikasi dan penempatan di Balai Diklat Industri Jakarta.

Sebanyak 300 siswa berasal dari berbagai Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, dan Lampung, mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) operator mesin industri garmen di Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta selama 21 hari.

“Kami berpesan kepada seluruh peserta agar terus belajar dengan baik, disiplin dan bertanggung jawab. Setelah penempatan kerja nanti juga terus meningkatkan kompetensi, disiplin, kejujuran dan etos kerja serta menunjukkan profesionalitas dalam bekerja,” ujar Menperin di Balai Diklat Industri Jakarta, Senin (22/8/2016).

Menperin berharap ke depannya, para lulusan diklat ini dapat membuat kelompok usaha bersama untuk pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) di sektor tekstil, dengan menerima pesanan dari perusahaan-perusahaan TPT yang telah berkembang.

"Saya meminta kepada BDI Jakarta dan Pusdiklat Industri dapat segera memfasilitasi pengembangan wirausaha industri tersebut,” tegasnya.

Sementara itu, Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, kinerja ekspor industri TPT nasional selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,28 persen dengan nilai ekspor pada 2015 mencapai 12,28 miliar dollar AS.

Menurutnya, kinerja ini masih lebih baik jika dibandingkan kinerja ekspor nasional sekitar 4,69 persen dan ekspor non migas sebesar 8,92 persen.

"Hal ini tentunya tidak terlepas dari kerja keras pemerintah bersama seluruh pelaku industri TPT dalam negeri untuk bisa tetap bertahan menghadapi persaingan global yang semakin tajam,” ujar Sigit.

Menurutnya, prospek pertumbuhan industri TPT nasional semakin baik pada masa mendatang karena permintaan pasar di dalam negeri yang terus melonjak serta meningkatnya konsumsi dunia.

"Apalagi, pangsa pasar industri tekstil Indonesia hanya dua persen dari pasar tekstil dunia, sehingga membuka peluang besar untuk memperluas pasar industri TPT nasional di pasar dunia," imbuhnya.

“Peluang pasar ekspor tersebut terbuka bagi industri TPT nasional yang mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi, desain yang up to date dan kemampuan pasok yang cepat,” tutur Sigit.

Kompas TV Pengamat: Pendidikan Karakter Butuh Proses Panjang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com