Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLN Kantongi 4 Konsorsium Raksasa dalam Proses Lelang Mega Proyek 35.000 MW

Kompas.com - 13/09/2016, 14:03 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Proses tender salah satu proyek pembangkit terbesar dalam program 35.000 Megawatt (MW), yaitu proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa-1 (1.600 MW) sedang memasuki proses klarifikasi dokumen dan evaluasi.

"Kira-kira tiga minggu dan empat minggu dari sekarang ditentukan pemenangnya," kata Direktur Pengadaan PT PLN (Persero) Supangkat Iwan Santoso kepada wartawan di Jakarta, Selasa (13/9/2016).

Pada akhir waktu pengumpulan dokumen lelang proyek tersebut pada 25 Agustus 2016, terdapat empat konsorsium raksasa yang berpartisipasi yaitu, Adaro-Sembcorp, Mitsubishi-PJB-Rukun Raharja, Pertamina-Marubeni-Sojitz, dan Medco-Nebras.

Melihat perkembangan tersebut, PLN optimistis akan mampu memberikan tambahan listrik 1.600 MW ke Pulau Jawa di penghujung tahun 2020 dari pembangkit yang diperkirakan akan berlokasi di Muara Tawar, Bekasi, Jawa Barat ini.

Salah satu peserta lelang yang dianggap berpotensi untuk memenangkan tender ini adalah Konsorsium Mitsubishi cs, dengan Mitsubishi sebagai leader konsorsium.

Perlu diketahui, dalam proyek sebelumnya Mitsubishi juga telah menjadi pemenang dalam dua tender engineering procurement & construction (EPC) PLN yang lokasinya berada di wilayah Pantai Utara Jakarta.

Dua proyek tersebut yakni proyek PLTGU Muara Tawar dengan kapasitas 500 MW dan PLTGU Tanjung Priok berkapasitas 800 MW.

Sedangkan dalam lelang kali ini, Mitsubishi menggandeng PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) yang notabene anak perusahaan PLN, sang penyelenggara lelang, sebagai partner konsorsium. Dengan demikian, hal ini menjadikan Mitsubishi cs berada paling depan di antara para pesaingnya.

Tekan Risiko

Direktur Eksekutif Refominer Institute, Komaidi Notonegoro menyarankan, proyek pembangkit listrik sebaiknya tidak dilakukan oleh satu kontraktor saja. Hal itu diperlukan guna menekan risiko.

Apa saja risikonya?

Risiko pertama yaitu jika dilakukan oleh satu kontraktor dikhawatirkan pengerjaan proyek bisa molor dari target. Risiko kedua yaitu dari sisi finansial atau keuangan.

Komaidi menilai, dengan banyaknya proyek pembangkit yang dipegang oleh Mitsubishi, maka investasi atau beban keuangan yang harus ditanggung menjadi sangat besar.

Apalagi proyek JPLTGU Jawa 1 ini menyerap nilai investasi raksasa, yakni mencapai 2 miliar dollar atau setara Rp 26 triliun.

"Kalau itu didistribusikan ke peserta lain, akan lebih cepat selesai. Ini juga harus dilihat dari sisi finansial. Kalau disebar maka kemampuan finansialnya juga akan terdistribusi," kata Komaidi.

Lebih lanjut dia mengatakan, proyek PLTGU Jawa I ini memang bakal terus menjadi perhatian publik.

Selain biaya investasi yang besar, proyek ini adalah pembangkit terbesar yang pernah dibangun dalam satu lokasi di Indonesia. Untuk itu, dalam proyek ini PLN ditantang untuk membuktikan profesionalismenya.

"Kalau memang konsorsium Mitsubishi dan anak perusahaan PLN ini layak, silahkan. Tapi itu menunjukkan kelihaian Mitsubishi menggandeng partner," pungkasnya. (Baca: PLN Buka Tender Empat Proyek Program 35.000 MW)

Kompas TV Menko Maritim Evaluasi Proyek Listrik 35.000 MW

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com