KOMPAS.com – Harga gas alam yang dijual di Medan, Sumatera Utara, mencuat di atas 10 dollar AS per MMBTU, setidaknya terpantau selama dua tahun terakhir.
Padahal, di Pulau Jawa—sebagai pembanding—harganya di kisaran 8 dollar AS per MMBTU. Apa dan di mana persoalannya?
"Salah satu akar masalah utama adalah bisnis gas dijadikan bancakan oleh para pemburu rente," ujar ekonom Faisal Basri, Jumat (2/9/2016).
Menurut Faisal, harga gas alam mahal sebenarnya tidak hanya dialami di Sumatera Utara. Dia mengaku punya catatan harga yang didapat industri pengguna gas alam di sejumlah wilayah di Indonesia.
Meski sudah ada BUMN yang khusus menangani penjualan gas alam, lanjut Faisal, pada praktiknya ada sekitar 50 trader dalam rantai penjualan gas di dalam negeri.
"Pada umumnya perusahaan dagang itu kebanyakan sekadar calo," ujar Faisal.
Sudah begitu, lanjut Faisal, hampir semua trader itu tak punya infrastruktur untuk penyaluran. Ujung-ujungnya, perusahaan-perusahaan itu menumpang saja ke jaringan milik BUMN.
(Baca juga: Holding Energi Hanya Akan Untungkan Trader Gas Tak Bermodal).
"Mereka hanya membayar fee pipa jaringan, tapi mengambil rente jauh lebih besar daripada yang didapat bahkan oleh mereka yang ada di sektor hulu—produsen yang lebih banyak menghadapi risiko dalam ekplorasi dan eksploitasi," kata Faisal.
Sebelumnya, Faisal pun mengkritisi rencana terbaru yang dilansir Pemerintah mengenai Holding BUMN Gas. Dalam skema itu, BUMN yang khusus menangani gas akan dilebur ke anak perusahaan dari BUMN yang selama ini lebih lekat mengelola minyak.
(Baca juga: Faisal Basri: Tak Perlu "Holding" Migas, Cukup PGN Ambil Alih Pertagas)
"Perusahaan yang sehat dan terbuka, malah mau dimasukkan ke anak perusahaan dari induknya yang bukan spesialis gas. Bagaimana logikanya?" ujar Faisal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.