Adapun regasifikasi—mengubah kembali LNG menjadi gas alam—dan penyalurannya sampai ke konsumen, tegas Taslim, tidak berada di ranah sektor hulu migas.
"Bukan lagi persoalan pasokan," kata dia.
(Baca juga: Harga Gas di Sumut Mahal, PGN Lempar Bola Panas ke Pertamina)
Walau begitu, lanjut Taslim, SKK Migas tetap memantau pula fluktuasi harga gas alam yang dikenakan kepada pelanggan di seluruh Indonesia.
Grafik di bawah ini memperlihatkan rata-rata harga tertimbang gas pipa yang angkanya masih di bawah 10 dollar AS per MMBTU.
Soal gas alam di Medan—terutama yang pengalirannya melalui jaringan milik PGN—harganya juga sudah turun 1,6 dollar AS dibandingkan banderol sampai akhir 2015. Sayangnya, harga tersebut masih melampaui rata-rata harga tertimbang di atas.
(Baca juga: Di Medan, Kami Hanya Bertahan…)
Sebagai tambahan, Taslim mengingatkan pula, lokasi sumber-sumber gas alam memang cenderung jauh dari pusat industri yang memanfaatkannya.
Di situ muncul komponen biaya pengangkutan dan kebutuhan infrastruktur untuk regasifikasi yang sekarang jumlahnya masih terbatas.
Tren meningkat
Pemanfaatan gas alam di Indonesia mencatatkan tren kenaikan rata-rata 9 persen sejak 2003. Selain untuk pemanfaatan domestik, gas alam Indonesia juga diekspor.
“(Namun), mulai 2013 pasokan domestik sudah lebih besar daripada alokasi untuk ekspor,” papar Taslim.
Tren peningkatan pemanfaatan gas tersebut pada akhirnya juga butuh upaya dari sekarang untuk mencari dan mendapatkan sumber cadangan gas baru.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.