Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Sukses "Tax Amnesty" Minim Repatriasi dan Moneter yang Moncer

Kompas.com - 30/09/2016, 07:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Meskipun telah dibantah Singapura, namun isu pemberian insentif kepada para nasabah WNI yang tidak merepatriasi dananya kemungkinan memang terjadi.

Salah satu insentifnya adalah  Singapura rela menalangi tarif tebusan sebesar dua persen asalkan WP Indonesia yang menyimpan dananya di Singapura tidak melakukan repatriasi.

Dengan demikian, dari seharusnya membayar empat persen, WP bersangkutan cukup membayar dua persen karena dua persennya lagi ditanggung Singapura.

Belakangan, upaya yang dilakukan Singapura makin merisaukan. Sebab, bank-bank Singapura melaporkan nasabahnya yang ikut tax amnesty kepada Commercial Affairs Department (CAD), yang berfungsi layaknya Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) di Indonesia.

Alasannya, uang-uang yang ditarik dalam jumlah besar tersebut tergolong dalam transaksi keuangan mencurigakan karena polanya tidak lazim.

Ya, semua negara kini memang mempraktikkan rezim anti pencucian uang sesuai  rekomendasi Financial Action Task Force (FATF) yang merupakan lembaga internasional yang didirikan untuk memberantas pencucian uang sebagai kejahatan lintas negara.

Namun, ketika bank-bank Singapura mengetahui adanya alasan yang jelas bahwa dana tersebut direpatriasi dalam rangka tax amnesty yang merupakan amanat Undang-undang, maka seharusnya transaksi tersebut tidak lagi mencurigakan.

Artinya, transaksi tersebut tidak perlu dilaporkan kepada CAD.

Pemerintah Singapura dan Kepolisian Singapura, sebagai lembaga yang menaungi CAD, memang sudah memastikan laporan-laporan tersebut tidak akan ditindaklanjuti mengingat hal itu merupakan transaksi legal dalam rangka tax amnesty.

Namun bagaimanapun, pelaporan itu tetap memiliki implikasi hukum yang memengaruhi psikologis para nasabah WNI di Singapura. Sebab, nama-nama mereka telah tercatat dalam data Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) milik CAD.

Rupiah menguat

Terlepas dari persoalan tax amnesty yang minim repatriasi dan fiskal yang masih banyak bolongnya, kondisi moneter saat ini justru sedang moncer-moncernya.

Tanpa terasa, seluruh indikator moneter kini menunjukkan perbaikan yang menciptakan confident.

Nilai tukar rupiah pada pekan ini menguat ke bawah Rp 13.000 per dollar AS. Berdasarkan data JISDOR, kurs rupiah pada perdagangan Kamis (29/9/2016) ditutup di level Rp 12.952 per dollar AS.

Inilah untuk pertama kalinya sejak Mei 2015, kurs rupiah kembali berada di bawah Rp 13.000 per dollar AS.

Rupiah dalam tren menguat karena dana asing yang masuk ke Indonesia semakin deras. Bank Indonesia melaporkan, selama periode Januari – Agustus 2016, aliran dana asing mencapai hingga 11,1 miliar dollar AS atau setara Rp 144 triliun.

Jumlah tersebut sudah melampaui aliran masuk modal asing untuk keseluruhan tahun 2015 yang sebesar 5,1 miliar dollar AS.

Masuknya dana asing tersebut didorong oleh meredanya sentimen kenaikan suku bunga acuan bank Sentra AS atau Fed Fund Rate dan repatriasi tax amnesty.

Selain masuk ke Surat Utang Negara (SUN), dana asing itu juga mengalir ke pasar saham. Tak heran Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus meningkat sejak september 2015 dan pada penutupan perdagangan Kamis (29/9/2016) bertengger di level 5.431,96.

Di sisi lain, transaksi perdagangan pada Agustus 2016 tetap mencatat surplus yakni sebesar 0,29 miliar dolar AS.

Membaiknya transaksi finansial dan transaksi perdagangan membuat Neraca Pembayaran Indonesia  (NPI) pada triwulan II 2016 bisa kembali mencatat surplus yakni sebesar 2,74 miliar dollar AS.

Cadangan devisa pun membesar menjadi 113,5 miliar dollar AS pada akhir Agustus 2016, atau setara 8,7 bulan impor atau 8,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Sumber : Bloomberg Perkembangan kurs rupiah
Hebatnya, penguatan rupiah dan membaiknya NPI terjadi saat suku bunga sedang dalam tren menurun dan inflasi juga amat rendah.

Merupakan adagium moneter bahwa penurunan suku bunga akan mendorong keluarnya dana yang selalu mencari imbal hasil menarik.

Namun, adagium itu tidak terjadi saat ini di Indonesia karena pegelolaan moneter dan inflasi oleh Bank Indonesia semakin kredibel dan dipercaya pasar.

Bank Indonesia pekan lalu menurunkan suku bunga acuan 7-day Reverse Repo Rate  sebesar 25 basis poin (Bps) menjadi 5 persen.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com