Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPK: Tidak Sepantasnya Pertamina Untung Besar dari Jualan BBM Bersubsidi

Kompas.com - 30/09/2016, 08:29 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menilai penurunan harga minyak dunia seharusnya juga turut menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang beredar di masyarakat. Hal itu harus dilakukan oleh PT Pertamina (persero) sebagai penyalur BBM pelat merah.

Anggota BPK, Achsanul Kosasih mengatakan, dengan harga minyak dunia yang rendah, seharusnya ini bisa menjadi pertimbangan Pertamina untuk menekan lagi harga BBM, agar juga bisa mendorong ekonomi masyarakat.

"Dengan harga minyak yang turun ini, memang disatu sisi, Pertamina sangat diuntungkan ya. Apalagi untungnya juga besar. Seharusnya masih bisa turun lagi untuk BBM-nya. Agar masyarakat bisa turut menikmati," kata Achsanul dalam keterangannya, Jumat (30/9/2016).

Berdasarkan laporan keuangan Pertamina di semester I 2016, keuntungan Pertamina dari penjualan BBM subsidi mencapai Rp 8,3 triliun. Hal itu dinilai sangat besar untuk kondisi harga minyak dunia yang masih fluktuatif bahkan cenderung rendah.

"Tidak sepantasnya Pertamina menangguk untung besar dari jualan BBM bersubsidi sehingga rakyat yang harus membayar mahal," lanjut Achsanul. 

Sebelumnya dalam laporan keuangan di semester I 2016, Pertamina meraih untung hingga 755 juta dollar atau setara dengan Rp 9,81 triliun (asumsi rupiah Rp 13.000 per dollar AS). 

Keuntungan didapat dari pelaksanaan Public Service Obligation (PSO) dan penugasan (kerosene, LPG 3 kg, solar dan premium non-Jamali).

Rinciannya, keuntungan dari penjualan BBM PSO dan penugasan mencapai 637 juta dollar AS atau sekitar Rp 8,3 triliun. Lalu dari LPG 3 kg sebesar 117 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun.

Laba usaha BBM PSO ini ternyata 449,9 persen lebih tinggi dibandingkan periode sama di 2015.

Tingginya kenaikan laba ini disebabkan oleh rendahnya biaya produk sejalan dengan penurunan harga MOPS (Mid Oils Platts Singapore) dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang merupakan komponen pembentuk biaya produk.

Realisasi ICP di semester I 2016 hanya 36,16 dollar AS per barel, jauh dibawah RKAP Pertamina sebesar 50 dollar AS per barel.

Maka dengan modal harga minyak yang rendah dan menjual BBM dan LPG subsidi di harga tinggi, Pertamina mampu mengantongi EBITDA sebesar 4,1 miliar dollar AS, dengan EBITDA margin 23,9 persen atau 128 persen dari RKAP yang dirancang perusahaan.

Sementara laba bersihnya mencapai 1,83 miliar dollar AS, atau 113 persen lebih tinggi dari RKAP perseroan.

Kompas TV Pertamina Sidak SPBU di Depok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com