Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang P Jatmiko
Editor

Penikmat isu-isu ekonomi

Dimas Kanjeng, Kekayaan, dan Pola Pikir "Karbitan"

Kompas.com - 07/10/2016, 08:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Seorang kawan berseloroh, bahwa demi kepentingan bangsa dan negara, sebentar lagi Dimas Kanjeng akan dilepas. Bukan lagi mengasuh padepokan, melainkan direkrut menjadi pegawai pemerintah.

"Biar pemerintah nggak repot-repot memungut pajak. Cukup menggandakan uang yang sudah ada." Saya pun ngakak mendengarnya.

Terungkapnya kasus Dimas Kanjeng sedikit banyak menguak banyak hal, salah satunya betapa mencapai keinginan dalam waktu cepat adalah mimpi bagi banyak orang. Tanpa harus berkeringat, bagaimana semuanya bisa didapat.

Memang telah menjadi "fitrah" manusia modern, yang berusaha "melipat" ruang dan waktu untuk mencapai tujuannya. 

Seperti seorang artis, agar bisa terkenal cukup mengaku pernah menjadi selingkuhan politisi di Senayan. Tak lama sesudahnya, dia pasti akan terkenal, tanpa harus capek-capek merintis karir dari bawah.

Demikian juga bagi mereka yang ingin kaya, kiranya tak perlu lagi repot-repot merintis bisnis dan melakukan ekspansi usaha. Cukup mengikuti ritual, kekayaan diharapkan bisa datang cepat.

Meringkas Ruang dan Waktu

Mengutip Paul Virilio (dalam David Harvey, 1999), kecepatan memang menjadi sisi tersembunyi dari kekayaan dan kekuasaan, yang berperan dalam menentukan posisi seseorang dalam sebuah struktur sosial.

Dalam pandangannya, kecepatan akan mampu menaklukkan ruang, dan pada saat yang bersamaan bakal meringkas waktu.

Karena itu, siapapun yang bisa meringkas ruang dan waktu, akan mendapatkan kesempatan lebih luas untuk mengakumulasi sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan dalam jumlah yang jauh lebih besar. Sehingga, memungkinkan seseorang duduk di bagian atas dari strata sosial. 

Hal inilah yang kemudian mendorong terjadinya berbagai penemuan dan inovasi teknologi dengan tujuan untuk memungkinkan pekerjaan dilakukan secara cepat.

Tak hanya mesin dan teknologi, ikhtiar meringkas ruang dan waktu juga terjadi di ranah ekonomi. Caranya, mempercepat siklus produksi hingga memangkas waktu perputaran modal. Dengan cara ini, akumulasi kekayaan bisa dilakukan dengan lebih cepat dan efisien.

Namun dalam perkembangannya, banyak orang yang terjebak dalam proses "melipat" ruang dan waktu ini hanya dengan berorientasi pada hasil akhir dan meminggirkan proses. Cara-cara instan pun ditempuh.

Ada banyak kisah terkait dengan jalan instan yang diambil. Selain cerita keberhasilan, tak sedikit dari mereka yang menemui kondisi yang berkebalikan dari yang diharapkan, sebagai akibat terlalu mengambil risiko yang tak terkalkulasi, hingga melakukan hal-hal irasional.

Bagaimana seseorang berani bertaruh untuk berinvestasi pada portofolio yang tidak jelas dengan iming-iming imbal hasil yang sangat tinggi dalam waktu singkat, adalah satu hal yang sangat jamak didengar belakangan ini.

Taruh saja arisan MMM, investasi emas GTIS, dan sebagainya, pada dasarnya didorong oleh keinginan untuk segera kaya dalam waktu singkat.

Demikian juga dengan kasus Dimas Kanjeng, di mana para korbannya mau menyerahkan uang dalam jumlah besar kepada pelaku, dengan harapan uangnya kembali dalam jumlah yang berlipat-lipat.

Hal itu juga berangkat dari keinginan untuk meringkas waktu untuk bisa mendapatkan kekayaan sesegera mungkin tanpa harus bersusah payah menghadapi kompetisi untuk mendapatkan keuntungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com