Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang P Jatmiko
Editor

Penikmat isu-isu ekonomi

Dimas Kanjeng, Kekayaan, dan Pola Pikir "Karbitan"

Kompas.com - 07/10/2016, 08:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Sementara itu mengutip Wikipedia, pada era '70an, Indonesia menjadi pengekspor kayu log ke Jepang dan Taiwan untuk diolah menjadi plywood, sebelum diimpor kembali ke Indonesia dengan harga yang jauh lebih mahal.

Sukanto Tanoto melihat situasi tersebut sebagai peluang untuk membangun sendiri pabrik pengolahan kayu di Indonesia.

Dengan menggandeng beberapa mitra, berdirilah pabrik pengolahan kayu, yang sekaligus membuka peluang nilai tambah bagi ekonomi Indonesia serta penciptaan lapangan kerja.

Berdirinya pabrik plywood tersebut membuat Indonesia tak perlu mengimpornya dari Jepang dan Taiwan.

Tak hanya di sektor perkayuan, bisnis Sukanto Tanoto juga merambah ke banyak sektor. Terakhir dia masuk ke sektor migas.

Dia cukup paham bagaimana memanfaatkan momentum. Sebagaimana pengusaha besar lainnya, dia juga mengikuti proses sebelum mencapai hasil. Karena kerja kerasnya, Sukanto Tanoto dicatat Forbes sebagai salah satu orang terkayat di Indonesia. Bahkan dia juga terlibat dalam berbagai kegiatan filantropi, utamanya pendidikan.

Merefleksikan Ketergesaan

Indonesia menjadi "Macan Asia" tidak lepas dari peran orang-orang yang mau bekerja keras, dan pada saat yang sama pemerintah ketika itu memberikan dukungan penuh terhadap industri di dalam negeri. 

Namun itu dulu. Sekarang lain ceritanya. Ketika industri dalam negeri dan para pendirinya terbukti berkontribusi terhadap perekonomian, pemerintah justru mulai meminggirkan perannya. Hal itu terlihat dari sumbangan industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus merosot.

Ini bukan karena Indonesia kekurangan orang yang ulet bekerja dan mau bersusah payah menjalani proses. Orang-orang itu banyak sekali ditemukan.

Justru permasalahannya ada pada minimnya dukungan pada mereka untuk ikut dalam menyelesaikan berbagai persoalan perekonomian.

Setiap kali muncul persoalan seperti inflasi, impor menjadi senjata utama. Karena, hasilnya cepat terlihat.

Lagi-lagi, jalan instan. Akibatnya, banyak industri yang tutup, penyerapan tenaga kerja tidak maksimal dan pengangguran sulit teratasi.

Sama seperti memilih jalan instan meraih kekayaan, keinginan pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam waktu singkat terkadang justru menghadapi realitas yang berkebalikan.

Karena itu, sudah waktunya untuk kembali merefleksikan ulang berbagai ketergesaan yang selama ini dipilih untuk mencapai tujuan.

Bagaimanapun, ketergesaan akan mengorbankan banyak hal, yang bisa jadi itu adalah tujuan yang ingin dicapai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com