JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan dan kehadiran Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta seringkali disandingkan dengan Bandara Internasional Changi di Singapura. Hal itu dianggap wajar.
Menurut Komisaris Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Rhenald Kasali, di dalam ilmu manajemen, perbandingan atau benchmark semacam itu sah saja. Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dipandang Rhenald berada di kawasan yang memiliki bandara-bandara yang bagus.
"Kita mau (bandara) lebih bagus kan, tetapi kita tidak bisa kalahkan mereka dari duitnya, karena duitnya besar dan memakai vendor dari seluruh dunia," kata Rhenald di Jakarta, Jumat (7/10/2016).
Rhenald mengatakan, perbedaan antara Terminal 3 dengan bandara lainnya di kawasan adalah pembangunannya seluruhnya menggunakan jasa vendor lokal. Pembangunan Terminal 3, kata dia, merupakan konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dengan kata lain, kata Rhenald, Terminal 3 merupakan murni hasil kerja keras bangsa Indonesia.
Tidak seperti Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta yang didesain oleh arsitek Perancis.
"Kita pakai kontraktor-kontraktor lokal. Kita mengalahkan dengan orang-orang Indonesia, dengan kesungguhan," ujar Rhenald.
Terkait berbagai macam gangguan yang masih terjadi di Terminal 3, Rhenald mengatakan, ketidaksempurnaan memang terjadi tahap awal. Ia pun menyoroti banyaknya pihak yang mencibir Terminal 3.
"Finishing tidak sempurna, iya. Belum selesai, belum tanda tangan serah terima. Ini masih melakukan perbaikan," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tersebut.