JAKARTA, KOMPAS.com - Wajah bantaran Kali Pesanggrahan, Jakarta Selatan, yang dulu dipenuhi sampah plastik, kini berganti. Di sepanjang tepiannya sudah diisi tanaman-tanaman hijau.
Itu adalah sayur-mayur konsumsi yang ditanam secara organik. Ada cabai, pakcoy, dan selada, di antaranya.
Sayuran tersebut tumbuh dari dalam kantong-kantong plastik (polybag) hitam dengan simbol Bank Indonesia (BI). Apa urusannya BI dan kantong plastik sayuran?
Tenang, BI belum berubah fungsi menjadi pembuat atau merek kantong plastik sayuran. Logo bank sentral tertera di deretan plastik itu karena inilah areal pertanian kota (urban farming) binaan BI.
Lalu, mengapa BI mau repot-repot urus sayuran?
“Pangan (termasuk sayuran) masih jadi salah satu pengaruh (utama) stabilitas harga di Indonesia,” ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, Senin (24/10/2016).
Menurut Mirza, saat ini sebagian besar pendapatan masyarakat Indonesia masih dipakai untuk pangan. Ketika harga pangan mahal, pendapatan masyarakat pun bakal tersedot ke sana.
Saat daya beli mayoritas masyarakat Indonesia jadi melemah karena sebagian besar pendapatan mereka tersedot untuk pangan, nilai tukar rupiah pun dapat turut terancam karena tergerus inflasi.
Di sinilah bank sentral jadi perlu peduli, sebagaimana fungsi keberadaannya menjaga inflasi. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), misalnya, bahan makanan menyumbang inflasi tahunan sebesar 6,2 persen pada September 2016.
Lewat kegiatan ‘Dedikasi dalam Negeri’—Program Sosial Bank Indonesia (PSBI)—BI turun tangan ke lapangan, untuk memastikan pasokan pangan terjamin sehingga harganya tak melangit.
“Kami (BI) merasa bahwa produksi pangan di Indonesia harus ditingkatkan mulai dari skala besar sampai yang kecil, termasuk di bidang rumah tangga. Keadaan itu juga tidak hanya berlaku di desa (tempat petani) saja, tetapi juga perkotaan. Makanya, kami bina masyarakat dengan metode urban farming,” papar Mirza.
Saat ini, binaan urban farming sudah berjalan kurang lebih satu tahun dengan target program 300 ibu anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Adapun program itu sudah menyentuh lima wilayah di DKI Jakarta dengan 15 kelompok binaan.
Dedikasi untuk Indonesia
Pada dasarnya cakupan PSBI cukup luas. Selain pemberdayaan perempuan yang di dalamnya termasuk urban farming, ada pula bina desa, penyaluran beasiswa, pengadaan fasilitas literasi keuangan, dan program kepedulian.
Kepala Divisi PSBI Iwan Setyawan menambahkan, hingga saat ini manfaat program sosial tersebut setidaknya sudah dirasakan oleh ribuan masyarakat pra-sejahtera.
Dia mencontohkan, ada 5.550 mahasiswa penerima beasiswa, 800 masyarakat mendapat pelayanan kesehatan gratis, 3.460 wanita penerima bantuan pemberdayaan di bidang ekonomi, serta 60 penggiat budaya yang mendapat dukungan pengembangan kebudayaan.
“Namun karena aktivitas dalam program sosial tersebut sebenarnya bukan jadi tugas pokok kami, maka ada tantangannya. Agar mendapatkan manfaat ganda dan golongan penerima bisa tepat, kami bekerja sama dengan mitra terkait,” ungkap Iwan.
Untuk urban farming, misalnya, PSBI menggandeng Trubus—majalah tanaman—sebagai mitra pelaksana di lapangan.
Lalu, agar lebih terencana, program-program sosial dibentuk berdasarkan guiding principle—prinsip-prinsip tuntunan yang sudah dibentuk—untuk memastikan penerapannya berkelanjutan.
“Pada akhirnya PSBI ini juga menjadi salah satu channel kami (BI) untuk berhubungan dan menjalin kedekatan dengan masyarakat,” sambung Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.