KOMPAS.com - Dua calon presiden dari Partai Demokrat dan Partai Republik, Hillary Clinton dan Donald Trump, semakin dekat dengan waktu pemilihan presiden (pilpres) di Amerika Serikat (AS) pada pekan depan.
Di pasar keuangan, panasnya persaingan dua kandidat tersebut yang tercermin dari hasil polling membuat kebingungan pasar.
Memang, sebagian besar hasil polling masih mengunggulkan Clinton. Tapi nyatanya, Clinton kehilangan banyak dukungan sejak bulan lalu dan sejumlah investor mulai berandai-andai apabila Trump menang pada pilpres yang dihelat 8 November 2016.
Pasar saham dunia, dollar serta harga minyak jatuh pada perdagangan Rabu (2/11/2016). Sementara aset safe-haven seperti emas dan Swiss franc meningkat, menunjukkan reaksi pasar akan ketatnya pilpres kali ini.
"Sejumlah kondisi terkini dua calon presiden tersebut dalam beberapa hari ini menumbuhkan sejumlah sentimen ke para investor," kata Craig Erlam, senior market analyst dari Oanda, di London, Inggris.
Clinton dinilai pasar akan mempertahankan status quo. Sementara Trump memiliki kebijakan yang nantinya akan menuju kepada ketidakpastian, sebab Trump mengkritik kebijakan luar negeri, relasi perdagangan dan imigran.
Para trader mata uang mulai menjual dollar pada pekan ini karena mereka memperkirakan kemenangan Trump akan melemahkan dollar sebab Trump ingin memberlakukan proteksi pasar.
Selain itu, jika Trump menang maka bisa mendorong posisi dovish di The Fed pada pertemuan FOMG di Desember.
Polling dari RealClearPolitics menunjukkan Clinton hanya unggul 1,7 persen dibanding Trump pada Rabu. Estimasi pemilih Clinton hanya 47 persen sedangkan Trump 45,3 persen.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.