Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deutsche Bank Tepis Isu Bangkrut dan Gagal Bayar Utang 425 Miliar Dollar AS

Kompas.com - 03/11/2016, 20:33 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Deutsche Bank angkat bicara terkait isu bangkrut akibat terlilit krisis keuangan termasuk kabar gagal bayar utang 425 miliar dollar AS.

"Saya ingin katakan banyak sekali berita yang beredar, salah satunya 425 miliar dollar AS gagal bayar, itu berita salah, itu adalah hoax," ujar Chief Country Officer Deutsche Bank Indonesia Kunardy Lie di Jakarta, Kamis (3/11/2016).

Ia menuturkan, kondisi keuangan Deutsche Bank masih baik. Menurut Kunardy, kondisi itu bisa terlihat dari laporan keungan bank terbesar asal Jerman itu.

"Deutsche Bank global tiga bulan ini menghasilkan net revenue 7,5 miliar euro, naik tiga persen dari tahun lalu. Net income 270 juta euro. Angka-angka itu mematahkan berita kurang benar selama ini," kata Kunardy.

Sementara itu terkait denda 14 miliar dollar AS atau Rp 181 triliun akibat  penjualan efek beragun aset properti (mortgage-backed securities), Deutsche Bank mengatakan masih negosiasi dengan Department of Justice (DoJ) Amerika Serikat.

"Pada dasarnya DoJ mengatakan 14 miliar dollar AS itu hanya angka yang mereka tetapkan. Tetapi kami tidak akan setel segitu, kita akan setel di angka yang jauh lebih rendah," kata Kunardy.

Sebelumnya, DoJ menuntut Deutsche Bank untuk membayar denda sebesar 14 miliar dollar AS atas kasus penjualan efek beragun aset properti (mortgage-backed securities). Kasus tersebut dianggap turut menyebabkan krisis keuangan di AS pada 2008.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com