Selanjutnya, orangtua juga harus memikirkan aspek keuangan, yang sangat berpengaruh terhadap masa depan Generasi Z. Apalagi, biaya pendidikan terus mengalami kenaikan, sehingga orangtua Generasi Z harus pandai mengatur strategi untuk menyiasatinya.
Head of Market Intelligence & Investment Specialist Team Bank DBS Indonesia Markus Erik, mengatakan investasi dapat menyelamatkan dari inflasi, termasuk dalam hal biaya pendidikan yang terus meningkat.
Secara sederhana dia mencontohkan, rata-rata inflasi mencapai sekitar 7 persen per tahun. Uang sebesar Rp 45.000 – Rp 50.000 saat ini dapat dipakai untuk membeli segelas kopi di kedai ternama, 20 tahun kemudian harga kopi sudah mencapai Rp 174.000.
Jika uang sebesar Rp 50.000 hanya tersimpan dalam tabungan, maka tidak akan bisa membeli kopi di kedai ternama 20 tahun mendatang.
Jika tersimpan di deposito akan mendapatkan imbal hasil 6 persen per tahun sehingga nilainya menjadi Rp 160.000, jumlah ini pun masih kurang untuk membeli kopi.
Namun, jika uang Rp 50.000 tersimpan di instrumen investasi dengan imbal hasil mencapai 10 persen per tahun saja, nilainya akan menjadi Rp 336.000. Artinya investasi dapat menggerus inflasi.
Tahapan dalam berinvestasi yaitu pertama, mengetahui kebutuhan dan objektif Anda, misalnya kebutuhan untuk mempersiapkan pendidikan anak, berapa lama waktu yang tersedia untuk investasi serta berapa jumlah yang dapat diinvestasikan.
Kedua, kenali profil risiko agar dapat menyesuaikan dengan jenis instrumen investasi yang tepat. Ketiga, kenali berbagai instrumen investasi. Keempat, lakukan monitoring secara periodik. Monitoring bertujuan menyesuaikan investasi dengan kondisi ekonomi.
“Yang terpenting bukanlah seberapa besar Anda berinvestasi tetapi seberapa cepat Anda mulai berinvestasi. Orang yang investasi dengan jumlah Rp 10 juta bisa menghasilkan jumlah yang besar jika karena memulai lebih cepat dibandingkan orang yang investasi dengan jumlah Rp 20 juta tetapi memulai belakangan,” kata Markus.
Selanjutnya, orangtua juga perlu memperhatikan betul aspek pendidikan. United Nations memperkirakan penduduk dunia pada 2030 akan mencapai 8,5 miliar orang.
Dalam kondisi semacam itu, kompetisi di dunia kerja akan semakin ketat. World Economic Forum bahkan memprediksikan 5 dari 7 pekerjaan yang tersedia nantinya adalah pekerjaan yang saat ini tidak ada.
Generasi Z
CEO The Urban Mama Ninit Yunita mengungkapkan untuk menghadapi tantangan zaman, anak-anak Generasi Z perlu menguasai skill tertentu.
World Economic Forum juga memaparkan 10 skill teratas yang dibutuhkan di 2020 yaitu complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgment and decision making, service orientation, negotiation, dan cognitive flexibility.
“Karena skill tersebut tidak diajarkan di sekolah, maka sebaiknya orangtua turut berperan mengasahnya,” katanya.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan orangtua dalam kehidupan sehari-hari untuk mengasah skill anak antara lain ketika mereka bertanya, berikan pertanyaan balik. Ini akan mengasah skill dalam bentuk analytical thinking. Ketika mereka melaporkan sebuah masalah, janganlah Anda langsung memecahkan masalah tersebut.
Jadilah mentor dengan bertanya apa yang menurutnya harus dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut. Ini akan mengasah skill dalam bentuk creativity dan problem solving.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.