Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peternak Sapi Perah Lokal Minta Harga Jual Susu Dinaikkan

Kompas.com - 08/11/2016, 16:20 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (ASPSI) berharap adanya perhatian pemerintah terhadap peternak sapi perah dalam negeri.

Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan nilai tukar pasar terhadap harga susu lokal yang akan dijual kepada Industri Pengolahan Susu (IPS).

Sebab, saat ini harga susu segar yang dijual kepada industri pengolahan tidak menguntungkan bagi peternak.

Ketua Umum ASPSI, Agus Warsito menjelaskan, rendahnya nilai tukar peternak disebabkan oleh struktur pasar yang tidak berkembang.

Saat ini peternak hanya bisa menjual hasil panennya kepada industri pengolahan. Hal ini membuat struktur pasar menjadi tidak sehat dan cenderung oligopsoni (pembelian tunggal).

Kondisi ini membuat industri pengolahan bisa menentukan harga sesuai keinginannya sementara peternak terpaksa menerima agar susu produksinya terjual.

"Posisi bargaining peternak sangat rendah, buyer yang sangat dominan menentukan harga dari peternak. Sehingga tidak ada pilihan lain," ujar Agus di Jakarta, Selasa (8/11/2016).

Agus menjelaskan, harga jual susu sapi kepada industri hanya Rp 4.500 per liter. Harga ini dianggap lebih murah dibanding negara lain seperti China yang seharga Rp 7.330 per liter atau Vietnam sebesar Rp 8.172 per liter.

Agus menegaskan, angka tersebut tidak sebanding dengan biaya produksi yang digunakan dalam memelihara sapi perah.

Menurutnya, perhitungannya satu ekor sapi dengan produksi 16 liter susu per hari seharga Rp 4.500 per liter maka peternak hanya mendapatkan omzet sebesar Rp 72.000.

Adapun biaya pakan yang dikeluarkan per ekornya mencapai Rp 58.000 sehingga sisanya hanya Rp 14.000.

"Nah itu belum memperhitungkan cost lain seperti maintenance kandang, obat-obatan, bunga bank, depresiasi peralatan, dan pengembangan investasi," jelasnya.

Kondisi tersebut, kata dia, akan merugikan peternak skala kecil mengingat ongkos produksi peternak skala kecil bisa lebih besar dibanding peternak sapi skala menengah dan besar.

"Karena ada komponen seperti tenaga, rumput, dan detil lain yang tidak dimasukkan ke dalam cost produksi, karena pengelolaan mereka itu bentuknya rumah tangga. Mereka memang mengaku masih bisa bertahan hidup, tapi kalau unsur cost tersebut dimasukkan, mereka tidak untung," tambahnya.

Dengan itu, pihaknya meminta agar pemerintah melakukan regulasi yang melindungi peternak mulai dengan menaikkan harga jual susu sapi peternak yaitu Rp 7.000 per liter.

Selain itu, pemerintah memberikan pendampingan kepada para peternak agar kualitas susu produksi Indonesia meningkat. Dengan begitu akan meningkatkan harga jual susu lokal.

"Pemerintah sebaiknya tidak hanya fokus pada sapi potong, tetapi juga memperhatikan produksi sapi perah, serta regulasi yang dapat meningkatkan posisi tawar peternak sapi perah," tutupnya.

Sebagai informasi, populasi sapi perah nasional mencapai 525.171 ekor dengan produksi susu mencapai 805.000 ton pada tahun 2015.

Konsumsi susu per kapita Indonesia tercatat 12,87 liter, lebih kecil dibanding Malaysia sebesar 52,35 liter per kapita dan India sebesar 47,74 liter per kapita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com