Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Murniati Mukhlisin
Praktisi Ekonomi Syariah

Pakar Ekonomi dan Bisnis Digital Syariah/Pendiri Sakinah Finance dan Sobat Syariah/Dosen Institut Tazkia

Apakah Indonesia Masih Dijajah?

Kompas.com - 14/11/2016, 16:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Faktor penyulut kenaikan angka kemiskinan salah satunya adalah kenaikan harga BBM dan imbas dari perlambatan ekonomi yang menekan indikator kesejahteraan di sektor riil.

Sangat ironi jika melihat fakta ini, Indonesia yang kaya akan sumber daya alam seperti bahan bakar minyak tapi tidak bisa mengendalikan harga minyak.

Siapakah yang “menjajah”? Jadi tepat sekali apa yang dikatakan oleh Bambang bahwa sumber daya alam Indonesia selama ini tidak sepenuhnya dinikmati oleh Indonesia. Bahkan ujung – ujungnya para keluarga Indonesia menggunakan barang jadi yang awalnya adalah barang mentah dari tanah sendiri.

Sebut saja minyak, tambang, gas, emas dan perak; Indonesia hanya pandai menggali dan mengeluarkan dari perut bumi tetapi tidak pandai atau dihambat untuk membuatnya menjadi barang jadi.

Pada akhirnya, aktifitas ekonomi ini dinikmati oleh pihak – pihak asing, seolah – olah kita masih berada di zaman penjajahan Belanda. Tentu saja kita sudah berada di alam kemerdekaan, sudah kita lalui jaman penjajahan (koloniaslime) namun sekarang telah beralih menjadi jaman penjajahan dalam bentuk lain (imperialisme).

Seperti yang dikatakan oleh Joe Painter dari Universitas Durham dan Alex Jeffrey dari Universitas Cambridge di dalam bukunya, Political Geography ,

“Although imperialism and colonialism focus on the suppression of an other, if colonialism refers to the process of a country taking physical control of another, imperialism refers to the political and monetary dominance, either formally or informally.”

Kebijakan ekonomi yang keliru adalah salah satu sebab yang memberikan peluang bagi pihak asing untuk leluasa membeli dan menggunakan sumber daya alam Indonesia.

Menurut Didin Damanhuri dalam tulisannya di Harian Republika 1 Oktober 2015, hingga akhir ini, ada sekitar 112 undang undang yang kurang sesuai denganUUD 1945, yang banyak berpihak kepada keuntungan pihak – pihak asing.

Sikap keluarga Indonesia? Al-Quran menerangkan bahwa segala yang ada di langit dan di bumi (di dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa bentuknya adalah bintang – bintang, gunung – gunung, lautan, sungai – sungai, dan semua yang dapat dimanfaatkan) adalah milik Allah SWT sebagai rahmat kepada kita semua.

"Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS. Al-Jaatsiyah (45): 13].

Ternyata Allah SWT menuntut adanya kaum yang berfikir yaitu para intelektual selaku pemimpin (khalifah) di muka bumi yang paham akan adanya tanda – tanda, tahu bagaimana menggunakan sebaik-baiknya semua milik Allah tersebut karena semuanya hanya dititipkan sementara (amanah) dan sebagai ujian yang kelak akan dipertanggung-jawabkan.

Di ayat yang lain, para kaum berfikir ini juga dituntut untuk menggunakan semua nikmat Allah SWT dengan berlaku adil, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Allah  melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS An-Nahl (16): 90).

Kesimpulannya adalah mari pastikan setiap anggota keluarga kita menjadi bagian kaum yang berfikir. Kaum yang berperan sebagai khalifah di muka bumi ini sehingga dapat menggunakan segala rahmat Allah SWT pada tempatnya, senantiasa berlaku adil atas sesama, belajar dari kejadian – kejadian masa lampau untuk dijadikan pelajaran serta menegakkan kebenaran dan memerangi kemungkaran.

Wallahu a'lam bis-shawaab. Salam Sakinah!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com