Sejak akhir tahun 80-an hingga saat ini, tangkapan ikan laut di seluruh dunia cenderung stagnan, sekitar 90 juta ton per tahun. Bukan karena nelayan membatasi hasil tangkapannya, namun karena ikan yang tersedia di perairan memang hanya sebesar itu.
Ikan-ikan tak bisa berkembang lebih banyak lagi karena sebagian ekosistemnya telah rusak dan tak pernah diberi kesempatan untuk memulihkan diri.
Di sisi lain, konsumsi ikan laut terus meningkat seiring terus bertambahnya jumlah penduduk bumi. Meskipun industri budidaya perikanan terus dikembangkan di berbagai negara, keberadaannya belum benar-benar bisa menggantikan minat orang terhadap ikan laut.
Apalagi, banyak spesies laut primadona seperti tuna, cakalang, beberapa jenis kerapu dan udang laut yang belum bisa dibudidayakan hingga kini.
Globalisasi, infrastruktur logistik, dan informasi teknologi yang terus berkembang makin membuat permintaan ikan laut kian meningkat. Dulu, hanya orang-orang kota yang mengenal tuna, salmon, dan kerapu. Kini, masyarakat desa di berbagai negara juga ingin mencicipi ikan-ikan tersebut.
Permintaan yang terus meningkat tersebut membuat penangkapan ikan di laut kian marak tanpa memperdulikan daya dukung lingkungannya yang terus merosot. Dampaknya, penangkapan berlebihan (overfishing) terjadi di sejumlah kawasan.
Organisasi Pangan Dunia (United Nations Food and Agriculture Organization/FAO) melaporkan perairan yang jenuh (fully fished) dan overfishing pada 2013 telah mencapai 90 persen dari total area penangkapan ikan di muka bumi ini. Angka tersebut meningkat signifikan dibandingkan tahun 1974 yang sekitar 60 persen.
Pada tahun-tahun mendatang, bisa dipastikan ketersediaan ikan laut di sejumlah perairan semakin berkurang. Namun tampaknya itu tidak akan menyurutkan aktivitas perburuan ikan di laut. Kapal-kapal ikan akan terus mencari dan berpindah dari perairan yang telah jenuh ke perairan yang masih berlimpah ikan.
Apalagi, FAO memproyeksikan, konsumsi ikan per kapita per tahun masyarakat dunia akan meningkat dari 15,9 kilogram pada tahun 2000 menjadi 21,8 kg pada tahun 2025.
Dalam kurun waktu tersebut, sejumlah negara seperti China, Australia, Korea Selatan, dan juga negara-negara ASEAN diprediksi mengalami peningkatan konsumsi ikan per kapita yang signifikan. FAO memprediksi, konsumsi ikan per kapita China akan naik dari 24,4 kg menjadi 47,2 kg, sementara Korea Selatan naik dari 48 kg menjadi 64,3 kg.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.