PADANG, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan setelah 16 bulan berjalan dari Mei 2015 hingga September 2016 program layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (Laku Pandai) mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat.
Hal ini terlihat dari jumlah rekening dengan karakteristik basic saving account (BSA) telah mencapai Rp 93,79 miliar.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D Hadad mengatakan, angka tersebut tergolong besar karena program Laku Pandai baru dilaksanakan pada 16 bulan yang lalu.
"Pemerintah mendorong betul semangat inklusi keuang. Inklusi itu artinya tidak esklusif. Kalau esklusif hanya orang tertentu saja, dan iklusi itu kebalikannya, layanan keuangan dibuat mudah, dibuat merata dan terjangkau seluruh masyarakat," ujar Muliaman saat Acara Laku Pandai di Padang, Sabtu (3/12/2016).
Menurut Muliaman, sebab program ini mendapat respons positif dari masyarakat karena memiliki karakteristik yang memudahkan masyarakat dalam menjangkau layanan keuangan resmi dari perbankan.
Seperti tabungan dengan karakteristik basic saving account (BSA) merupakan tabungan yang tidak memiliki batas minimum, baik saldo maupun transaksi setor tunai.
Muliaman menambahkan, dalam memperluas akses keuangan kepada masyarakat Presiden telah menandatangani Perpres Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) dan membentuk Dewan Nasional Keuangan Inklusif.
Menurutnya, harapan dan target pemerintah untuk memudahkan akses keuangan di berbagai desa di seluruh Indonesia dapat tercapai.
Seperti target program SNKI pada 2019 tingkat Inklusi keuangan di Indonesia mencapai 75 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Adapun hingga September 2016 jumlah agen Laku Pandai di seluruh Indonesia telah mencapai 159.521 (perorangan) dan 968 (badan) yang berasal dari 15 bank peserta laku pandai.