Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waktunya Melawan Kutukan, Menolak Bala "Resources Curse"

Kompas.com - 05/12/2016, 09:26 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Belum lagi, gonjang-ganjing perekonomian dunia yang terpicu oleh beragam kondisi telah pula menggerus harga komoditas dunia. Pendapatan negara dari penjualan komoditas mentah pun turun drastis.

Dalam semua konteks ini, migas bukan perkecualian. Terlebih lagi, sejak 2004 Indonesia sudah menjadi net importer minyak.

Tingkat produksi minyak bumi tak mampu mencukupi pemakaian di dalam negeri. Kebutuhan domestik sudah harus dipasok produk olahan impor.

Bila sumber cadangan baru dan tingkat pemakaian tetap seperti sekarang, Indonesia pun akan segera menjadi net importer gas.

(Baca juga: Mitos atau Fakta, Indonesia Kaya Migas?)

Berbicara dalam sharing session dengan Tenaga Ahli dan Sekretariat Komisi VII DPR, Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Z Yunus bahkan mengatakan, dengan tingkat produksi dan konsumsi saat ini Indonesia akan menjadi net importer energi pada 2026.

Berdasarkan data SKK Migas, data produksi minyak Indonesia per Mei 2016 adalah 832.000 barrel per hari (BPOD), setara sekitar 1 persen produksi minyak dunia.  Adapun produksi harian gas mencapai 8.215 MMSCFD.

“Sejak 2003, produksi gas lebih besar daripada minyak,” ujar Taslim.

Dulu, cadangan minyak Indonesia yang sudah terbukti mencapai sekitar 27 miliar barrel. Per Desember 2015, masih ada cadangan sebanyak 3,6 miliar barrel, setara 0,2 persen cadangan minyak dunia.

(Baca juga: Krisis Energi Migas Menguat)

Sisa yang ada, menurut analisis yang dirujuk SKK Migas hanya akan bertahan hingga 10 tahun ke depan untuk tingkat pemakaian yang tak berubah dari sekarang.

Padahal, konsumsi migas Indonesia rata-rata meningkat sekitar 8 persen per tahun, dengan angka saat ini sekitar 1,6 juta barrel per hari.

Cadangan gas Indonesia pun tak lebih banyak daripada minyak. Merujuk data BP Statistical Review of World Energy pada 2015, saat ini Indonesia memiliki cadangan gas di kisaran 100 TSCF, setara 1,5 persen cadangan gas dunia.

Memburu jurus tolak bala

Sejumlah langkah pun terus dicari dan diupayakan Pemerintah untuk tak membiarkan begitu saja “kutukan” sumber daya alam mewujud nyata di negeri ini.

Upaya memberi nilai tambah serta menggenjot infrastrastruktur dan manufaktur jadi fokus kebijakan, untuk melawan "kutukan" tersebut.

(Baca juga: Jokowi Minta Kepala Daerah Hati-hati Beri Izin Eksploitasi SDA)

Tantangan terbesar adalah pemenuhan kebutuhan energi untuk menggerakkan industri dan perekonomian. Beragam upaya mencari alternatif sumber energi terus dikembangkan.

Namun, semua upaya tersebut butuh waktu untuk bisa mendapatkan hasil, apalagi berpoduksi dan bernilai ekonomis. Tantangan pun berbalik lagi ke industri hulu migas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com