Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Mentah Dunia Naik, Subsidi "Biofuel" Jadi Lebih Ringan

Kompas.com - 06/12/2016, 20:15 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak dunia pada beberapa hari perdagangan paska-kesepakatan organisasi negara-negara eksportir minyak (OPEC) meningkat signifikan.

Bahkan pada awal pekan ini, harga acuan minyak mentah menyentuh level tertinggi sejak Juli 2015 di level 54 dollar AS per barel.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Bayu Krishnamurti mengatakan, kenaikan harga minyak mentah (crude) ini bagus untuk subsidi biofuel.

Pasalnya, harga minyak mentah yang tinggi membuat pemerintah cukup mengeluarkan sedikit subsidi agar harga biofuel, seperti biodiesel, bisa kompetitif dengan bahan bakar minyak (BBM).

Penjelasannya, semakin rendah harga BBM, berarti makin jauh selisihnya dengan biofuel. Agar biofuel menarik konsumen sebagai alternatif BBM, maka harganya perlu disubsidi.

Sebaliknya, makin tinggi harga BBM, maka subsidi yang dibutuhkan untuk membuat biofuel menarik konsumen pun makin kecil.

"Alhamdulillah sedikit lebih ringan (subsidinya)," kata Bayu di sela-sela Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, di Jakarta, Selasa (6/12/2016).

Bayu mencontohkan, pada dua bulan lalu rata-rata harga minyak mentah mencapai 40 dollar AS per barel. Dengan harga minyak sawit atau CPO sebesar 700 dollar AS per metric ton (MT), maka subsidi yang diberikan mencapai Rp 5.500 per liter.

Belakangan, ketika harga minyak mentah merangkak naik menjadi kisaran 50 dollar AS, meski harga CPO sedikit turun jadi 650 dollar AS per MT, subsidi yang dikucurkan hanya Rp 4.500 per MT.

Kenaikan harga minyak mentah yang menembus 54 dollar AS per barel pekan ini bisa menurunkan angka subsidi biofuel. Sayangnya, kenaikan harga minyak mentah tersebut diyakini masih bisa bergerak turun lagi akibat lemahnya permintaan. 

Meski begitu, Bayu menegaskan BPDP masih mampu memberikan subsidi biofuel bahkan jika harga minyak mentah menyentuh 40 dollar AS per barel.

Kendati demikian dia berharap subsidi yang dikeluarkan cukup Rp 3.000 per liter. Dengan begitu program biofuel bisa lebih berkelanjutan dan berkesinambungan.

Permintaan Global

Dalam kesempatan sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan harga minyak mentah di 2017 masih bisa naik-turun.

Ani, sapaan Sri Mulyani, mengatakan, meskipun kartel OPEC telah mencapai kesepakatan menurunkan produksi, namun permintaan global juga masih berpotensi turun. Permintaan global yang lemah akan menyeret turun harga minyak mentah dunia.

Beberapa alasan yang diperkirakan mengganggu permintaan yakni, kondisi paska-Brexit, referendum Italia, pemilu yang akan digelar di beberapa negara maju seperti Perancis, Jerman, dan Belanda, yang akan memengaruhi proyeksi pemulihan Eropa.

Dari Amerika Serikat, global masih menanti peranan kebijakan Trump yang akan merangsang permintaan. Meskipun negeri Paman Sam itu juga memiliki sumber energi alternatif, shale gas.

"Peluangnya (harga minyak mentah dunia tembus 60 dollar AS per barel) masih 50:50," kata Ani.

Kompas TV Harga Minyak Dunia Bergejolak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com