Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Manajer Jadi Petani Sukses, Apa Rahasianya?

Kompas.com - 09/12/2016, 09:03 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


KOMPAS.com
 – Jabatan tak selalu menjadi ukuran sukses seseorang. Aluysius Adiyo Agung contohnya. Alumnus Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Solo ini malah beralih profesi dari manajer menjadi petani di kampung halamannya Delanggu, Klaten, Jawa Tengah.

Walaupun awalnya mendapat tentangan keras dari keluarga, tetapi lambat laun dia meyakinkan keluarga. Agung berhasil membuktikan diri kalau menjadi petani juga bisa memberikan kepastikan hidup.

"Saya tidak memiliki background pertanian, latar belakang keluarga saya pun bukan petani. Namun, setiap kali pulang ke Klaten saya selalu memendam tanya, kenapa petani yang terihat selalu sudah berusia lanjut bukan pemuda," papar Agung seperti dimuat Kompas.com, Senin (22/8/2016).

Keputusan Agung untuk terjun ke dunia pertanian bukan tanpa persiapan. Saat masih mengemban jabatan sebagai manajer, ia sudah mencoba belajar cara menanam padi.

"Saat proses belajar itu, saya mengenal bagaimana mengolah tanah dalam pertanian," katanya.

Menurut dia, pengolahan tanah sebelum masa tanam adalah kunci keberhasilan. Lahan harus diberi pupuk yang tepat dan pas komposisinya. Selain itu, mereka mesti mempertimbangkan kandungan mikroba di dalam tanah serta memperhatikan kondisi alam.

Keputusan Agung untuk beralih profesi tak langsung menuai hasil positif. Ia harus menderita kerugian puluhan juta rupiah karena gagal panen pada 2010.

Tapi, bukannya kapok, kegagalan itu malah makin memotivasi Agung. Dia lalu menggunakan tabungannya sebesar Rp 80 juta dan menjual mobil seharga Rp 100 juta untuk sewa lahan dan membeli pupuk.

"Saya tidak punya lahan sawah sendiri, jadi saya berusaha mencari lahan sawah yang disewakan oleh warga. Setelah dapat saya mencoba menanam padi," ujar Agung.

Kegigihan dan kerja keras Agung kemudian membuahkan hasil. Lahan yang disewanya menghasilkan panen sebesar 60 ton.

Agar hasil panen mendapat harga jual tinggi, Agung tidak menjualnya ke tengkulak atau penadah. Ia lebih memilih memasarkan sendiri melalui strategi direct selling.

"Saya jual ke rumah-rumah dan ke teman-teman saya, kadang bolak-balik Jakarta-Solo untuk menawarkan beras," kata Agung.

Kini, dari hasil kerja kerasnya, Agung sudah bisa membelikan mobil untuk istri. Dia juga bisa menyekolahkan putri sulungnya di salah satu sekolah favorit di Solo, Jawa tengah.

(BacaBergaya "Blusukan", Pria Ini Untung Puluhan Juta dari Jus Buah)

Menjadi inspirasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com