Ini Kendala Industri Nasional yang Hambat Daya Saing

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, masih ada beberapa kendala industri dalam negeri dalam meningkatkan daya saingnya.

Menurutnya, salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing industri Indonesia di sektor tekstil dan produk tekstil adalah persoalan jam kerja.

“Jam kerja tenaga kerja di Indonesia 40 jam per minggu, lebih rendah dari Vietnam yang 48 jam kerja per minggu, dan Bangladesh yang 50 jam per minggu,” ucapnya di Jakarta, Jumat (9/12/2016).

Airlangga menambahkan, faktor kedua adalah penyiapan SDM industri terampil dengan kompetensi yang bersaing.

“Sebagai gambaran, saat ini terdapat sejumlah 15,3 juta orang yang bekerja di sektor industri manufaktur. Namun, mayoritas 95,1 persen berpendidikan SMU dan SMK atau lebih rendah,” ungkapnya.

Menurutnya, hal tersebut membuat tenaga kerja Indonesia belum mampu menduduki peran strategis di perusahaan industri atau masih sebatas tenaga operasional dan teknis.

"Melalui unit pendidikan di lingkungan Kemenperin, kami hanya menghasilkan 30 ribu per tahun. Sedangkan kata Presiden, Indonesia butuh jutaan tenaga terampil,” ujarnya.

Untuk itu, Kemenperin telah menyusun kebijakan dan program operasional dalam upaya pengembangan SDM industri.

Langkah strategis yang dilakukan, di antaranya pelaksanaan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi, yang meliputi penyusunan dan penetapan standar kompetensi tenaga kerja nasional Indonesia (SKKSNI) bidang industri, peningkatan kapasitas dan fasilitasi pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).

Selain itu, Tempat Uji Kompetensi (TUK) bidang industri dan Asessor Profesi, serta penyusunan program pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi.

Selanjutnya, pelaksanaan pelatihan industri berbasis kompetensi akan dikembangkan dengan sistem Three in One (3 in 1), yaitu pelatihan berbasis kompetensi, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja pada perusahaan industri.