Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penurunan Harga Gas Akan Signifikan Dorong Kinerja Industri Petrokimia, Pupuk, dan Baja.

Kompas.com - 09/12/2016, 20:41 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah telah menetapkan penurunan harga gas untuk tiga industri yaitu petrokimia, pupuk, dan baja.

Namun Kementerian Perindustrian masih mengupayakan dua industri lainnya yakni industri keramik dan kaca untuk juga memperoleh harga gas murah.

Merespons usulan Kementerian Perindustrian tersebut, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengungkapkan, sebenarnya prioritas pemerintah sudah dilaksanakan.

Prioritas itu adalah industri-industri yang menggunakan gas sebagai bahan bakunya, dan tidak hanya sebagai bahan bakar.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, gas merupakan beban terbesar di industri petrokimia, pupuk, dan baja. Kontribusinya terhadap total biaya produksi mencapai 70 persen.

Sementara itu, kontribusi gas terhadap total biaya produksi di industri kaca dan keramik lebih rendah, sekitar 20-25 persen.

Sepanjang 2015, kedua industri ini mengalami pertumbuhan masing-masing 6,18 persen. Adapun pertumbuhan industri petrokimia dan pupuk pada periode sama hanya 2,8 persen. Industri baja pada 2015, masih bisa tumbuh 6,48 persen.

Atas dasar itu Arcandra mengatakan, dampak berganda yang ditimbulkan dari penurunan harga gas untuk industri kaca dan keramik tidak sebesar penurunan harga gas pada industri petrokimia, pupuk, dan baja.

"Dampak ke pendapatan (kaca dan keramik) juga tidak sebesar ke petrokimia, pupuk, dan baja," kata Arcandra ditemui usai rapat di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (9/12/2016).

Menurut Arcandra, dampak penurunan harga gas terhadap pendapatan industri keramik dan kaca tidak lebih dari 20 persen.

Sementara itu, penurunan harga gas bisa mendorong peningkatan pendapatan industri petrokimia, pupuk, dan baja hingga di atas 30 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, dalam rapat tersebut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengusulkan agar bukan hanya perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saja yang mendapat harga gas murah.

"Ada juga industri lain yang sangat berkepentingan terhadap harga gas murah," kata Darmin.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, sejauh ini, konsep penurunan harga gas industri baru bisa diterapkan pada jenis industri baja, petrokimia, dan pupuk.

Penurunan harga tersebut direncanakan berlaku mulai 1 Januari 2017. Sektor lainnya, yaitu industri keramik, kaca, sarung tangan, dan oleokimia, tengah dikaji.

“Untuk sektor industri baja, petrokimia, dan pupuk harganya nanti bisa menjadi 6 dollar AS per MMBTU. Yang lainnya masih terus dikaji,” ucap Wiratmaja, dikutip dari Harian Kompas (Rabu, 30/11/2016).

Penurunan harga gas diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi.

Presiden meminta harga gas murah untuk sejumlah sektor bisa diterapkan untuk meningkatkan daya saing. Dengan harga gas turun, pemerintah berharap dampak ganda yang didapat jauh lebih besar. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Whats New
Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com