Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Harga Tinggi, Adaro Tak Akan Jor-joran Keruk Batubara

Kompas.com - 19/12/2016, 18:55 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Adaro Energy Tbk, emiten pertambangan dengan kode saham ADRO, menyatakan tidak akan jor-joran dalam mengeruk batubara tahun depan, meskipun harga batubara sudah naik signifikan sejak pertengahan tahun ini.

Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan, perusahaan mempertimbangkan cadangan tambang, dan keberlanjutan pasokan untuk pembangkit listrik.

Ira, sapaan akrabnya, menuturkan bahwa produksi ADRO pada 2016 kemungkinan flat atau tidak banyak berubah dari pencapaian tahun 2015.

Jika tahun lalu produksi batubara ADRO mencapai 51,5 juta ton, maka diharapkan sampai akhir tahun ini bisa di atas 52 juta ton.

"Untuk tahun depan, targetnya sama dengan tahun ini di kisaran 52-54 juta ton," kata Ira saat berbincang santai dengan wartawan, di Jakarta, Senin (19/12/2016).

Ira menegaskan, perusahaan lebih memilih untuk menjaga cadangan produksi daripada ambil untung saat harga batubara naik.

Mengutip data Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) mengalami peningkatan drastis dari kisaran 53 dollar AS per metric ton (MT) pada Juli 2016 menjadi 101,69 dollar AS per MT pada Desember 2016.

ADRO juga mempertimbangkan keberlanjutan pasokan batubara untuk pembangkit listrik eksisting dan proyek yang akan berjalan mendatang.

Saat ini, anak usaha ADRO yakni PT Makmur Sejahtera Wisesa memiliki pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang berkapasitas 2 x 30 megawatt (MW).

ADRO juga akan memasok PLTU Batang Jawa Tengah berkapasitas 2 x 1.000 MW yang diharapkan akan mulai beroperasi pada 2020. Selain PLTU Batang, ADRO juga akan memasok batubara untuk PLTU di Tanjung, Kalimantan Selatan berkapasitas 2 x 100 MW.

"Kami mau memastikan pasokan batubara cukup untuk 20-25 tahun ke depan," kata Ira.

Cadangan Batubara

Dalam kesempatan sama Head of Corporate Secretary and Investor Relations Adaro, Mahardika Putranto mengatakan, cadangan batubara ADRO akhir 2015 sebanyak 1,1 miliar ton (tidak termasuk IndoMet Coal).

Sementara sumber dayanya mencapai 12,8 miliar ton.

Dia menjelaskan, kenaikan harga batubara di pertengahan tahun ini dikarenakan kebijakan China yang mengerem produksinya.

Dari rencana penurunan produksi sebesar 250 juta ton setahun, hingga kuartal III China sudah merealisasikan penurunan produksi 200 juta ton.

"Secara demand masih flat, tetapi karena pasokan berkurang maka harga langsung naik menembus 100 dollar AS," kata Mahardika.

(Baca: Usai Kerja Sama dengan Perusahaan Setrum Thailand, Apa Rencana Adaro?)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com