Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Perjalanan Rupiah Sepanjang 2016

Kompas.com - 20/12/2016, 13:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis

KOMPAS.com – Perekonomian Indonesia tahun ini terbilang cukup kondusif di tengah ketidakpastian global.

Berbagai indikator makro seperti produk domestik bruto tumbuh cukup akseleratif dibandingkan tahun lalu, dengan indeks harga konsumen yang dapat dikelola di bawah 3,5 persen.

Perbaikan ekonomi ini juga tak lepas dari membaiknya harga sejumlah komoditas seperti batubara dan nikel. Tak heran fundamental ekonomi yang menunjukkan perbaikan ditambah membaiknya harga komoditas itu mampu mendorong penguatan rupiah.

Program pengampunan pajak atau amnesti pajak juga memberikan sentimen positif pasar menginjak semester kedua. Meskipun, masih ada beberapa faktor eksternal yang menahan penguatan rupiah sepanjang tahun 2016 diantaranya keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa, serta terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

Mengacu data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada 1 Januari berada di level 13.830, setelah pada penghujung 2015 ditutup di level 13.788. Pada 20 Januari yang ada di level 13.964.

Namun memasuki Februari hingga pertengahan Maret, nilai tukar rupiah berangsur-angsur mengalami apresiasi. Rupiah sempat menyentuh level tertinggi pada 10 Maret di 13.052. Lantas, dari pertengahan Maret sampai pertengahan Mei nilai tukar rupiah berfluktuasi terbatas di bawah level 13.350.

Pada tanggal 16 Mei, rupiah berada di level 13.310. Akan tetapi hanya dalam waktu empat hari saja, kurs melorot menyentuh 13.608 pada 20 Mei. Sejumlah analis menyebut, aksi ambil untung menekan kurs rupiah saat itu. Sehingga, pada akhir bulan Mei mata uang garuda bertengger di level 13.648.

Memasuki bulan Juni nilai tukar rupiah kembali menguat namun ada sedikit penurunan pada pertengahan bulan dan di minggu ketiga. Pada bulan ini, dunia tengah menanti hasil referendum Inggris Raya.

Merespons hasil referendum yang dimenangkan oleh kelompok “keluar”, pada 24 Juni nilai tukar rupiah di pasar spot berada di level 13.391 atau terdepresiasi 1,09 persen dari perdagangan sehari sebelumnya yang berada di level 13.248.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo saat itu mengatakan, pasar merespons hasil referendum karena adanya potensi flight to quality, di mana dana-dana dialihkan ke negara-negara yang dinilai lebih stabil, seperti Amerika Serikat dan Jepang.

“Tetapi secara umum kondisi ekonomi Indonesia baik. Sehingga, kami melihat ini sifatnya temporer,” kata Agus pada Jumat (24/6/2016).

Benar saja, sejak Juni hingga akhir September rupiah berangsur-angsur mengalami penguatan. Hingga per 30 September yang mana merupakan batas akhir termin pertama program amnesti pajak, rupiah menguat kencang di level 13.042.

Keyakinan pasar terhadap kesuksesan program amnesti pajak RI yang mencetak sejarah berhasil mendorong penguatan rupiah. Hingga termin pertama berakhir, uang tebusan yang masuk mencapai lebih dari Rp 90 triliun.

Sementara itu, dana deklarasi baik dalam maupun luar negeri mencapai di atas Rp 3.000 triliun. Program amnesti pajak periode pertama juga berhasil menambah jumlah wajib pajak sebanyak 26.746 orang, yang pastinya dapat memperbaiki basis data perpajakan.

Akan tetapi menurut Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih, faktor penguatan harga komoditas lebih banyak berpengaruh.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com