Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Perjalanan Rupiah Sepanjang 2016

Kompas.com - 20/12/2016, 13:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis

Usai euforia kesuksesan amnesti pajak termin pertama, penguatan nilai tukar rupiah berlanjut selama sebulan penuh hingga menyentuh 12.972 pada 29 Oktober.

“Penguatan terutama kalau kita lihat terlihat sekali pada September-Oktober itu karena harga komoditas. Kenaikan harga komoditas membantu negara-negara yang mata uangnya terkait komoditas, termasuk rupiah,” kata Lana kepada kompas.com, Rabu (14/12/2016).

Sayangnya, lagi-lagi terimbas faktor eksternal, sejak 31 Oktober rupiah terus mengalami tekanan, hingga 30 November mencapai 13.555. Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang dimenangkan kandidat dari Partai Republik, Donald Trump memberikan efek pelemahan.

“Dollar AS menguat lebih besar karena isu the Fed dan Trump. Jadi setiap kali habis Pemilu sampai tiga bulan, pasar mereka memang cenderung euforia. Dollar menguat, pasar sahamnya meningkat,” kata Lana.

Menurut perhitungannya, kurs rupiah sejak awal tahun hingga 31 Oktober menguat 5,67 persen.

Namun, sejak 1 November hingga 14 Desember, terdampak efek Trump, nilai tukar rupiah mengalami depreiasi 1,8 persen.

Bank sentral sendiri tak tinggal diam, yakni dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing dan pasar obligasi. Akibatnya, cadangan devisa pun sedikit tergerus dari 115 miliar dollar AS pada Oktober, menjadi 111,5 miliar dollar AS pada November.

Tetapi menginjak bulan Desember, rupiah kembali terdorong sentimen positif dan menguat hingga per 14 Desember di level 13.294.

“Sehingga dari awal tahun sampai 14 Desember rupiah masih menguat sedikit 3,8 persen,” kata Lana.

Rupiah baru mengalami sedikit pelemahan 0,68 persen setelah diumumkannya penaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, sehingga posisi 15 Desember berada di level 13.384.

Namun Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Kamis (15/12/2016) menyatakan, pemerintah optimistis nilai tukar rupiah akan terus membaik seiring dengan masuknya dana-dana repatriasi tax amnesty.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com