Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pensiun di Usia Muda Lalu Berkeliling Dunia, Kenapa “Enggak”?

Kompas.com - 22/12/2016, 18:18 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

Nilai emas terbilang tak tergerus inflasi. Selain itu, harga jualnya cenderung bertambah tiap tahun.

Produk investasi lain yang tak menguras dana besar yaitu reksa dana. Anda sudah bisa berinvestasi cukup dengan Rp 50.000 atau Rp 100.000 per bulan.

Dalam sistem reksa dana, ada manajer investasi yang akan mengelola uang Anda ke beragam instrumen keuangan. Saat ini di pasar keuangan Indonesia tersedia produk reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, saham, dan campuran.

Jika ingin lebih menguntungkan lagi, saham dapat menjadi pilihan. Portofolio investasi ini hampir sama dengan reksa dana. Bedanya, di sini Anda yang menjadi manajer investasi alias mengelola sendiri.

Lewat investasi saham, investor punya peluang mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat dari peningkatan harga saham. Lebih dari itu, investor juga berpeluang mendapat dividen, yaitu keuntungan yang dibagikan emiten--penerbit saham.

Sayangnya, minat investasi atau menabung saham di Indonesia masih minim. Itu pun, investor domestik yang aktif masih terbatas.

“Per November 2015, jumlah investor aktif di Indonesia per tahun hanya 37 persen atau 149.817 Single Investor Identification (SID) dari total jumlah investor pasar modal di Indonesia yang saat ini berjumlah 427.068 SID,” papar Direktur PT Bursa Saham Indonesia (BEI) Nicky Hogan, seperti dimuat Kompas.com, Rabu (16/12/2015).

Untuk menaikkan minat masyarakat, beragam upaya digalakkan Pemerintah dan otoritas pasar modal. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menggalakkan kampanye Yuk Nabung Saham (YNS) sejak 2015.

Sekarang, cukup dengan setoran awal Rp 100.000 Anda sudah bisa membuka rekening dana efek di pasar modal untuk mulai berinvestasi saham. Jumlah minimal pembelian saham pun cukup satu lot—satuan saham—yang sejak 2014 berisi 100 lembar saham.

Strategi membeli saham

Meski demikian, bermain saham juga hendaknya harus hati-hati bila tak mau rugi. Agar menguntungkan, praktisi keuangan Ryan Filbert meminta investor mempelajari dahulu perusahaan yang akan dibeli sahamnya.

“Lihatlah kinerja perusahaan tersebut melalui laporan-laporan keuangannya. Semakin menguntungkan laporan keuangannya, akan semakin banyak dividen bagi pemilik sahamnya,” papar Ryan Filbert seperti dimuat Kompas.com, Jumat (10/4/2016).

THINKSTOCK.COM Membelajari laporan keuangan perusahaan

Laporan kinerja finansial PT Antam (persero) TBK bisa dijadikan salah satu contoh. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini  berhasil membukukan laba Rp 38,3 milliar pada triwulan III/2016.

Bila ada kesempatan, pilih juga saham di dalam jajaran Indeks LQ-45, yaitu kelompok blue chip alias saham yang punya likuiditas tinggi di bursa. Ada beberapa syarat untuk suatu saham dapat masuk kategori ini.

Salah satunya adalah memiliki tingkat transaksi tinggi selama setahun terakhir. Selain itu, saham tidak pernah kena suspend—sanksi penghentian sementara perdagangan—dari BEI.

Ada banyak emiten di Indonesia yang masuk dalam deretan LQ-45. Di antaranya, saham Antam.

Saham berkode ANTM ini bahkan menyandang predikat khusus “The IDX Best Blue 2016” dari BEI. Penghargaan tersebut hanya diberikan kepada emiten yang mencatat pertumbuhan terbaik selama satu tahun terakhir.

“Tahun lalu pemegang saham Antam (tercatat) 13.000 orang, yang terdiri dari perorangan, perusahaan, dana pensiun, manajer investasi, institusi, dan lain-lain. Setahun kemudian menjadi 37.000 orang dari komposisi yang sama,“ papar Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito, kepada Kompas.com, Senin (7/11/2016).

Tak hanya itu, lanjut Dimas, harga ANTM juga terus merangkak naik. Pada awal Januari 2016, banderol saham Antam bertengger di level Rp 300 per lembar. Pada penutupan perdagangan Jumat (16/12/2016), harganya sudah berada di angka Rp 885 per lembar.

Nah, dengan memilih saham-saham seperti itu maka investasi Anda di pasar modal akan semakin menguntungkan. Impian pensiun dini dan menjelajah dunia laiknya Dhake pun bukan lagi jadi angan-angan semu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com