Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Depan Mapan, Cukupkah dengan Menabung?

Kompas.com - 28/12/2016, 07:17 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

Sejumlah terobosan teknologi yang dilaksanakan otoritas bursa, juga memudahkan masyarakat awam untuk ikut bertransaksi di pasar modal. Tak harus jadi "orang berduit" untuk mulai melantai di bursa saham.

Pilah-pilih saham

Namun, memilih saham untuk dibeli tentu bukan urusan main-main. Perlu pengetahuan cukup agar investasi di bursa saham mendatangkan keuntungan.

Hal itu dibuktikan salah satu investor saham Aab Abdullah (49). Dengan modal awal Rp 3 juta, strategi Aab berhasil mendatangkan keuntungan hingga Rp 180 juta selama enam bulan.

“Saya memutuskan menanamkan saham di salah satu emiten (penerbit saham) BUMN. Lama-lama, saya menambah investasi untuk membeli beberapa saham lain, termasuk saham BUMD perbankan,” tutur Aab kepada Kompas.com, Jumat (2/12/2016).

Tak hanya itu, kinerja perusahaan perlu juga dipertimbangkan. Cermati laporan keuangannya karena jumlah keuntungan akan menentukan besaran deviden bagi pemilik saham.

Akses laporan tersebut cukup mudah didapat. Semua perusahaan yang sahamnya masuk bursa memang wajib menjalankan prinsip keterbukaan informasi, termasuk soal finansial, tiap tiga bulan sekali.

Contoh saja laporan kinerja keuangan PT Antam (persero) TBK. Pada triwulan III/2016, perusahaan BUMN ini mampu membukukan keuntungan sekitar Rp 38,3 milliar.

“Semua capaian kinerja positif itu terjadi karena adanya efisiensi produksi, inovasi bisnis, dan perbaikan harga komoditas yang dijual. Hasilnya kepercayaan investor kepada Antam meningkat," kata Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito, kepada Kompas.com, Senin (7/11/2016).

Cakupan beragam langkah tersebut mulai dari perubahan model pembelian bahan bakar, pengoperasian pembangkit listrik milik sendiri untuk mendukung operasional produksi, hingga pengembangan jenis produk.

Khusus untuk produk emas yang masih menjadi bisnis utama perusahaan, misalnya, Antam mengembangkan produknya tak lagi sebatas emas batangan. Ke depan, perusahaan ini juga berencana merambah ke ranah perhiasan.

"Ada inovasi lebih lanjut seperti peluncuran emas batangan bermotif batik hingga pembukaan butik," ungkap Direktur Pemasaran Antam, Hari Widjajanto, beberapa waktu lalu.

(Baca juga: Ekonomi Gonjang-ganjing, Sebaiknya Investasi Emas atau Saham?)

Peningkatan jumlah pembeli saham perusahaan ini bisa jadi salah satu tolok ukur hasil upaya yang sudah dilakukan. Pada 2015, ujar Dimas, pemegang saham Antam mencapai 13.000 orang. Setahun kemudian, jumlah ini meningkat menjadi 37.000 orang.

Terlebih lagi, saham berkode ANTM tersebut juga masuk dalam daftar Indeks LQ-45. Saham perusahaan dalam jajaran ini biasanya punya tingkat transaksi tinggi sehingga likuiditas cukup baik. Total aset pun umumnya berharga tinggi.

Selain pertimbangan di atas, investor dapat pula menilik 10 perusahaan yang mendapat peredikat The IDX Best Blue dari BEI.

Penghargaan ini menjadi salah satu standar bahwa perusahaan tersebut telah dikenal di pasar modal sebagai kumpulan saham yang paling likuid ditransaksikan oleh investor. Antam, salah satunya, ada dalam deretan tersebut.

Jika perusahaan yang diinvestasikan sudah punya reputasi baik, keuntungan investasi saham tentunya lebih menjanjikan. Bekal untuk hidup mapan di masa depan pun kian dekat.

Siap berinvestasi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com