Di tengah semua proyeksi di atas, secercah kabar baik datang dari data produksi migas siap jual (lifting) Indonesia. Per 30 November 2016, rata-rata lifting minyak mencapai 821.800 barrel per hari, sementara gas tercatat 6.643 MSCFD.
Kedua angka tersebut melampaui target yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perbakan (APBN-P) 2016, yaitu 820.000 barrel per hari untuk minyak dan 6.438 MSCFD untuk gas.
Kabar baik lifting minyak itu terutama datang dari sumbangan hasil produksi Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Ltd.
"Train B pada Proyek Banyu Urip sudah mulai berproduksi pada kapasitas penuh 185.000 barrel per hari sejak Januari 2016," ujar Taslim.
Penyumbang besar lain untuk capaian itu adalah Blok Rokan oleh Chevron, Blok Mahakam yang dikelola Total, dan Blok Offshore Northwest Java oleh Pertamina Hulu Energi.
Saat ini, merujuk data SKK Migas, ada 67 wilayah kerja migas di Indonesia yang berproduksi. “Sebagaian besar adalah lapangan tua dengan produksi yang menurun secara alamiah,” kata Taslim.
Meski demikian, sejumlah upaya terus dilakukan di lapangan-lapangan tersebut, untuk mengurangi laju penurunan produksi. Upaya itu mencakup 212 pengeboran sumur pengembangan, 1.055 work over, dan 33.925 perawatan sumur.
"Kalau untuk signifikan menambah cadangan, satu-satunya cara adalah eksplorasi dan mengembangkan sumber cadangan baru," kata Taslim.
Seperti dikutip harian Kompas edisi Sabtu (24/12/2016), pada tahun ini ada pula penemuan cadangan migas baru di Lapangan Sidayu, Blok Pangkah, yang dioperasikan Saka Indonesia Pangkah Ltd.
Lapangan tersebut memiliki cadangan migas 300 juta barrel setara minyak dan merupakan penemuan besar setelah Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu. Lokasinya di lepas pantai Laut Jawa, tepatnya di utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
"Bila pengajuan rencana pengembangan lapangan tahun depan, paling cepat lapangan tersebut bisa dikuras minyaknya pada 2019," ujar Taslim.
Sepanjang 2016, SKK Migas telah menyetujui 28 rencana pengembangan yang diharapkan bisa menambah cadangan minyak sebesar 142,45 juta barel dan gas sebanyak 0,645 TSCF. Semua rencana itu butuh dana investasi 2,94 miliar dollar AS dan target penerimaan negara sebesar 6,85 miliar dollar AS.
Merujuk skema yang pernah dirilis Dewan Energi Nasional, migas masih akan menjadi sumber energi utama Indonesia hingga 2050.
(Baca juga: Andai Nabi Yusuf Hidup pada Era Minyak, seperti Apa Tafsir Mimpinya?)
Haruskah ada pemimpin yang bermimpi tujuh sapi gemuk dan tujuh sapi kurus lalu mendapatkan takwil seperti milik Nabi Yusuf untuk kita menyadari mendesaknya kebutuhan investasi dan eksplorasi migas?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.