Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat, Alasan Anda Wajib Miliki Tabungan!

Kompas.com - 09/01/2017, 10:49 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.com – Tabungan merupakan dana "kepepet" yang biasa dikeluarkan saat dibutuhkan saja. Misalnya, ketika tiba-tiba perangkat keras (hardware) laptop rusak, padahal peranti ini adalah pendukung utama pekerjaan. Tentu Anda perlu melakukan perbaikan secepat mungkin.

Biaya perbaikan yang dikeluarkan pun bisa jadi cukup besar. Kalau dana dalam tabungan tidak memadai, simpanan berjangka seperti deposito terpaksa dicairkan.

Padahal, nasabah yang mencairkan deposito sebelum jatuh tempo dipastikan terkena penalti. Kisaran persentase penalti pun beragam, mulai dari 0,5 persen sampai 3 persen, tergantung kebijakan bank terkait.

Sudah begitu, pendapatan bunga kemungkinan dihapuskan pula. Sudah susah-susah menunggu, tak dapat bunga, malah harus menanggung biaya tambahan pula.

Ilustrasi di atas hanyalah gambaran bahwa hidup selalu penuh ketidakpastian, termasuk urusan finansial. Karena itu, memilah jenis simpanan dengan mempertimbangkan kemungkinan tersebut patut dilakukan.

Sebaiknya rekening tabungan tak sekadar jadi media penerimaan gaji bulanan. Sisakan sedikit uang untuk benar-benar diendapkan dalam tabungan. Kalau perlu, buat dua rekening tabungan, satu untuk keperluan rutin, lainnya untuk simpanan darurat.

Besaran uang yang disisihkan dapat disesuaikan pula menurut pendapatan rutin. Kalau merujuk buku tentang pengelolaan keuangan All Your Worth: The Ultimate Lifetime Money Plan karya Elizabeth Warren, besaran tabungan disarankan sekitar 20 persen dari total pendapatan bersih per bulan.

THINKSTOCKPHOTOS Waktu paling tepat untuk menabung adalah sekarang.

Pendapatan bersih artinya, gaji bulanan sudah dipotong untuk semua keperluan rutin. Misalnya, gaji bulanan sebesar Rp 5 juta, setelah dikurangi keperluan sewa tempat tinggal, kebutuhan makan, dan lain-lain, menjadi Rp 3 juta. Nah, jumlah terakhir inilah yang dinamakan pendapatan bersih.

Setelah tabungan darurat mencapai jumlah tertentu, baru pertimbangkan untuk berinvestasi dalam jangka lebih panjang, misalnya dengan deposito. Periodenya pun lebih baik dipilih yang paling rasional. Jangan sampai, ujung-ujungnya deposito dicairkan sebelum jatuh tempo.

Bantu perekonomian

Sebenarnya, tabungan di bank tak hanya bermanfaat untuk pengelolaan finansial pribadi, tetapi juga punya andil bagi jalannya roda perekonomian suatu negara. Saat ini, perbankan masih menjadi pilar penting sektor keuangan Indonesia, salah satunya sebagai pintu keluar-masuk perputaran uang di masyarakat.

Lewat bank, masyarakat pun bisa mendapatkan pinjaman dana untuk beragam keperluan. Membeli rumah atau butuh modal usaha, misalnya. Untuk menjalankan fungsi tersebut, bank butuh sumber dana juga.

Nah, salah satu sumber dana yang bisa dikumpulkan perbankan adalah simpanan masyarakat. Bahasa teknisnya, Dana Pihak Ketiga (DPK). Di dalamnya ada tabungan, giro, dan deposito.

DPK kerap pula disebut sebagai dana murah. Istilah ini datang dari perbandingan terhadap sederet sumber pendanaan lain untuk perbankan, seperti kucuran modal, atau hasil dari penempatan surat berharga dan pinjaman antar-bank.

Merujuk data Statistik Perbankan Indonesia yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan, per Agustus 2016 simpanan masyarakat di perbankan tercatat Rp 4.610 triliun. Dari total angka tersebut, tabungan belum menjadi sumber utama DPK, dengan nominal Rp 1.407,7 triliun atau 30,70 persen saja.

THINKSTOCK Menabung di bank cenderung lebih aman daripada menyimpan uang di rumah.

Selain nominal, kepemilikan rekening tabungan juga masih menjadi tantangan. Presiden Joko Widodo pun sempat menyinggung hal ini pada peringatan Hari Menabung Sedunia 2016 beberapa waktu lalu.

"Baru 19 persen dari total penduduk (Indonesia) berusia di atas 15 tahun yang memiliki rekening tabungan di bank," ucap Presiden, dalam sambutannya, Senin (31/10/2016).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com