Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepanjang 2016, Permintaan BBM Jenis Premium di Kalbar Turun 6 Persen

Kompas.com - 09/01/2017, 19:30 WIB

PONTIANAK, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) Wilayah Kalimantan menyatakan permintaan bahan bakar minyak jenis Premium di Kalimantan Barat menurun 6 persen sepanjang 2016.

Permintaan Premium turun seiring meningkatnya permintaan masyarakat akan jenis bahan bakar Pertalite.

"Data yang ada menunjukkan permintaan BBM Premium di Kalbar turun sebesar 6 persen, dari 556.000 kiloliter (KL) menjadi 524.000 KL pada 2016," kata Communication and Relation Marketing Operation Region (MOR) VI Pertamina Kalimantan Bagja Mahendra saat dihubungi di Balikpapan, Senin (9/1/2017).

Ia menjelaskan hanya untuk jenis Premium yang mengalami penurunan. Sedangkan BBM jenis Pertalite naik sebesar 98 persen atau sebesar 63.000 KL; kemudian Pertamax naik sebesar 12 persen atau sebesar 7.000 KL.

"Kemudian BBM jenis Solar PSO juga naik sebesar 9 persen atau sebesar 257.000 KL, dan Dexlite pemakaiannya sebanyak 1.315 KL sepanjang 2016," katanya.

Sebelumnya, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria mengapresiasi terobosan PT Pertamina yang sudah meluncurkan Pertalite dan mendapat sambutan positif dari masyarakat sebagai BBM alternatif selain Premium.

"Penjualan Pertalite saat ini meningkat pesat sejak diluncurkan Juli 2015, artinya produk terobosan Pertamina tersebut disukai masyarakat," katanya.

Pertalite sebagai BBM alternatif, tadinya sempat dipermasalahkan banyak pihak karena dikhawatirkan merupakan "siasat" pemerintah untuk menghapus Premium bersubsidi, ternyata telah menjadi BBM alternatif yang diminati masyarakat.

"Masyarakat ternyata secara sukarela mulai beralih menggunakan pertalite, kebijakan dan terobosan yang seperti itulah yang harus diterapkan di negeri ini. Rakyat diberi beberapa pilihan untuk memilih produk yang mereka inginkan," ungkapnya.

Pertalite yang RON-nya 90 atau lebih tinggi dari premium RON 88 merupakan BBM produksi hasil aksi korporasi Pertamina yang dimotori jajaran Pertamina Direktorat Pemasaran, ternyata disukai masyarakat, sehingga pantas diapresiasi, katanya.

Menurut dia, terobosan Pertamina yang sukses tidak hanya untuk BBM jenis Pertalite, tetapi yang baru-baru ini BBM Dexlite sebagai pilihan selain solar, penjualannya juga telah meningkat hingga sebesar 15 persen.

"Hal itu jelas membuktikan bahwa masyarakat juga menginginkan BBM yang berkelas yang bisa memberi nilai lebih pada kendaraan mereka," katanya.

Artinya menurut dia, persoalan besaran harga jual sudah tidak lagi menjadi pertimbangan utama bagi masyarakat, hal itu, juga terlihat dengan terus meningkatnya penjualan BBM jenis Pertamax yang saat ini banyak dibeli oleh para pemilik sepeda motor.

"Keberhasilan Pertamina dalam memasarkan BBM alternatif, baik Pertalite dan atau Dexlite termasuk Pertamax, harus mendapat dukungan pemerintah maupun pihak `Senayan` (DPR RI) karena telah memberi nilai tambah bagi pemerintah. Subsidi terhadap solar akan menurun karena meningkatnya penggunaan Dexlite dan impor Premium akan berkurang karena berkembang pesatnya penggunaan Pertalite," ujarnya.

Dalam sulitnya perekonomian dunia, pemerintah sudah saatnya mengamanatkan secara tegas kepada Pertamina untuk selalu berfikir cerdas dan bekerja keras melahirkan produk produk inovatif lainnya serta menggalakkan pemasaran produknya sehingga Pertamina tetap mampu memberi kontribusi pendapatan bagi negara tanpa harus tergantung dengan merosotnya harga minyak dunia.

Kompas TV Harga Premium di Atas Harga Keekonomian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber ANTARA



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com