Bahkan, bank sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) juga menerapkan rectoverso sebagai fitur pengaman pada uang kertas euro untuk semua pecahan.
Anda bisa memperhatikan rectoverso ini di bagian kiri atas sisi muka uang, berupa angka pecahan uang yang terlihat ketika uang kertas diterawang.
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) sebagai perusahaan yang menerima pesanan pencetakan uang dari bank sentral menjelaskan, uang kertas pecahan Rp 20.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000 memiliki fitur keamanan yang lebih tinggi dibandingkan uang kertas pecahan lainnya.
Pencetakan uang-uang kertas itu memerlukan ketelitian khusus dan menggunakan mesin offset simultan yang mampu mencetak gambar depan dan belakang secara bersamaan dengan tingkat presisi yang tinggi.
“Dengan teknik ini dapat dihasilkan unsur pengamanan rectoverso, yakni dua gambar yang berbeda di dua sisi berlawanan, tetapi apabila diterawang membentuk suatu kesatuan gambar yang utuh,” tulis Peruri dalam laman resminya.
Bank sentral sendiri menyatakan bahwa gambar yang dipersepsikan oleh sebagian pihak sebagai simbol palu dan arit merupakan logo BI yang dipotong secara diagonal sehingga membentuk ornamen yang tidak beraturan.
Gambar tersebut adalah rectoverso, yang merupakan bagian dari unsur pengaman uang rupiah. Menurut BI, gambar rectoverso dicetak dengan teknik khusus sehingga terpecah menjadi dua bagian di sisi depan dan belakang lembar uang, dan hanya dapat dilihat utuh bila diterawang.
Rectoverso umum digunakan sebagai salah satu unsur pengaman berbagai mata uang dunia, mengingat rectoverso sulit dibuat dan memerlukan alat cetak khusus.
“Di Indonesia, rectoverso telah digunakan sebagai unsur pengaman rupiah sejak tahun 1990-an. Sementara logo BI telah digunakan sebagai rectoverso uang rupiah sejak tahun 2000,” kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo dalam pernyataannya.
Sudah jelas dan dapat dibuktikan sendiri bahwa logo yang kerap diperdebatkan pada uang kertas rupiah sebagai simbol terlarang itu bukan simbol terlarang, melainkan logo BI. Kalau begitu, apakah masih pantas untuk diperdebatkan?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.