Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memacu Kinerja BPJS Ketenagakerjaan dengan Filosofi Kereta Cepat

Kompas.com - 18/01/2017, 13:24 WIB
Estu Suryowati

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Shinkansen merupakan transportasi massal berbasis rel atau kereta api dengan kecepatan tinggi di atas 200 kilometer per jam. Di Jepang, pengembangan Shinkansen dimulai pada tahun 1956, dengan jalur pertama dibuka pada 1 Oktober 1964 yang menghubungkan Tokyo-Osaka.

Di Eropa, jenis kereta api cepat serupa Shinkansen juga dikembangkan. Di Perancis, rencana pengembangan TGV dimulai sejak 1960-an.

Pengembangan sempat menghadapi tantangan sampai jalur pertama dibuka pada 27 September 1981 yang menghubungkan kota Paris-Lyon. Di Jerman, kereta api cepat yang dikembangkan dengan nama ICE dimulai tahun 1982 dengan jalur pertama dibuka tahun 1991 yang menghubungkan Hamburg-Frankrut-Munchen.

Dari berbagai penelurusan, pengembangan kereta api cepat ini dilatarbelakangi tujuan untuk memenangkan kembali pengguna rel yang telah menggunakan moda lain.

Bagi Direktur Utama Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Agus Susanto, filosofi perkembangan Shinkansen ataupun kereta api cepat sejenis ini pada dasarnya bisa diterapkan dalam perkembangan sumber daya manusia (SDM) dan memacu kerja organisasi.

Dalam dunia kerja, ada tiga kunci yang mengantarkan seseorang ataupun organisasi secara keseluruhan mencapai kesuksesan. Pertama, adalah integritas. Kedua, yaitu kepercayaan, dan ketiga kebersamaan.

“Kenapa ketiganya bica memacu kinerja luar biasa? Ini kalau kita ibaratkan seperti kereta api Shinkansen,” kata Agus saat menyampaikan kulian umum pembekalan wisudawan program Pascasarjana di Universitas Gadjah Mada, di Yogyakarta, Rabu (18/1/2017).

Lulusan INSEAD Fontainebleau Prancis dengan konsentrasi bidang studi Global Executive Leadership tersebut menjelaskan, kereta cepat memiliki nilai integritas (integrity). Ia berjalan di atas rel dan sebisa mungkin tidak lepas atau keluar dari jalurnya. Sebab, apabila hal itu terjadi maka akan berakibat pada kecelakaan yang luar biasa.

“Demikian juga dalam bekerja. Bekerjalah sesuai jalur, maksudnya sesuai dengan tatanan dan peraturan perundang-undangan yang ada, serta aturan agama,” ujar Agus.

Mengenai kepercayaan (trust), pria 53 tahun itu mengatakan, mesin di kereta cepat umumnya terletak pada seluruh rangkaian. Dengan demikian, keseragaman kecepatan berlari antara satu rangkaian dan rangkaian lainnya menjadi hal yang penting.

“Kalau tidak ada trust, kalau masing-masing anggota dalam organisasi kecepatannya berbeda-beda, maka akan buyar,” kata dia.

Terakhir, nilai atau kunci kebersamaan (togetherness). Tidak hanya butuh kecepatan yang sama, dalam sebuah organisasi dibutukan satu arah tujuan yang sama. “Kalau arahnya beda-beda, nanti akan lari kocar-kacir,”ucap Agus.

Agus menyampaikan kepada calon wisudawan mengenai berbagai tantangan dalam dunia kerja saat ini dan di tahun-tahun mendatang seperti perubahan lansekap ekonomi global, perubahan tantangan demografi, serta masuknya Indonesia dalam integrasi ekonomi atau Masyarakat Ekonomi ASEAN.

“Terkait SDM atau tenaga kerja Indonesia, yang terpenting adalah bagaimana bisa meningkatkan ketrampilan, agar bisa bersaing dengan tenaga kerja asing yang masuk, atau bisa bersaing jika tenaga kerja Indonesia akan bekerja di luar negeri,” kata Agus.

Dalam pembekalan program Pascasarjana tersebut, mantan Senior Vice President PT Bank CIMB Niaga Tbk itu pun meminta agar para wisudawan selepas dari dunia akademik, bisa menerapkan ilmu pengetahuannya untuk kemajuan negara.

“Negara menunggu kehadiran kerja nyata rekan-rekan. Sektor pendidikan sangat bermanfaat, tetapi tidak akan bermanfaat jika tidak melakukan apa-apa di masyarakat,” kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com