Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emirsyah Satar, Pengurai Kusut di Garuda yang Kini Jadi Tersangka KPK

Kompas.com - 19/01/2017, 19:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Emirsyah Satar merupakan sosok yang tak asing lagi di dunia penerbangan, lewat kiprahnya sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia selama periode 2005-2014.

Sebagai dirut, Emir bisa dibilang berhasil mengembalikan kinerja Garuda yang tengah mengalami kesulitan bisnis. 

Saat mulai menjabat sebagai Dirut, Garuda berada dalam kondisi yang "berdarah-darah". Sisa dari krisis moneter tahun 1998 berdampak terhadap kinerja keuangan maskapai ini sehingga Garuda membukukan utang yang cukup besar.

Adapun nilai utang saat Emir mengawali perannya sebagai dirut mencapai sekitar 740 juta dollar AS atau sekitar Rp 8 triliun.

Utang-utang tersebut di antaranya kepada PT Bank Mandiri Tbk sebesar 100 juta dollar AS berupa obligasi konversi, European Export Credit Agency 400 juta dollar AS, dan sisanya 130 juta dollar AS dalam bentuk promissory notes.

Di luar itu, Garuda juga memiliki kewajiban kepada BUMN lain, yakni PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II.

Mengatasi utang yang menggunung, Emir melakukan proses restrukturisasi, yakni dengan memperpanjang tenor utang. Proses yang berlangsung selama bertahun-tahun ini selesai pada tahun 2010. 

(Baca: Garuda Restrukturisasi Utang dengan ECA)

Usai restrukturisasi utang, Emir memilih untuk mengembangkan jumlah pesawat. Pada pertengahan 2010 saat perhelatan Farnborough International Airshow, maskapai ini mengumumkan pembelian enam pesawat A330-200.

Keenam pesawat baru tersebut akan melengkapi jajaran pesawat GA, yaitu empat pesawat leasing jenis A330-200 yang baru saja diterima GA dan 6 pesawat jenis A330-300 yang telah dimiliki GA.

Pesawat A330-200 yang dipesan tersebut didukung mesin Trent 700 buatan Roll Royce, dirancang untuk dua kelas yang mampu mendukung operasi  penerbangan Garuda di wilayah Asia Pasifik dan juga ke Timur Tengah serta Eropa.

Memasuki tahun 2011, Emir membawa maskapai menjadi perusahaan publik, dengan melepas sahamnya ke bursa.

IPO Garuda bukannya tanpa masalah. Saat itu, harga saham yang dipatok dianggap terlalu mahal sehingga tidak terserap oleh investor. Akibatnya, penjamin emisi harus menyerap sendiri saham-saham yang tidak laku tersebut.

Selama memimpin Garuda, Emir memang banyak melakukan terobosan dan inovasi. Terobosan itu antara lain melakukan rebranding Garuda, yakni dengan mengganti logo serta livery di badan pesawat pada 2009.

Berbagai keberhasilan yang dilakukan untuk menyelamatkan Garuda serta pengembangan bisnisnya berbuah pada banyaknya penghargaan yang diraih oleh Emir. Penghargaan diperoleh mulai dari institusi lokal hingga internasional.

Terlepas dari keberhasilan yang ditorehkan memperbaiki Garuda, Emir juga kerap menghadapi tudingan miring dari internal, yaitu para karyawan yang tergabung dalam Serikat Karyawan Garuda.

Hingga dia mundur dari jabatannya pada 8 Desember 2014, tudingan-tudingan itu tidak terbukti.

(Baca: Emirsyah Satar Mundur sebagai Dirut Garuda)

Akan tetapi, pada Kamis (19/1/2017) ini, Komisi Pemberantasan Korupsi mengumumkan bahwa Emirsyah Satar tersandung kasus suap yang dilakukan oleh pabrikan mesin pesawat asal Inggris, Rolls Royce.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com