"Kalau bicara infrastruktur Rp 20 triliun atau Rp 30 triliun itu besar sekali, kita tidak bisa sendirian, harus bersama-sama," ungkap Royke.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo pun mengamini. Menurut Kartika, dalam pembiayaan proyek infrastruktur, pihaknya harus bergabung dengan beberapa bank lain.
Pasalnya, pembiayaan proyek infrastruktur bersifat jangka panjang dan bank harus memiliki dana untuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).
Oleh karena itu, guna memitigasi risiko, pembiayaan itu tidak bisa hanya dilakukan oleh satu bank sendirian.
"Kita harus gabung, karena kan kalau dalam negeri kebanyakan dana jangka pendek, kalau kita biayai proyek jangka panjang harus punya dana CKPN jugal makanya kita harus gabung," ujar Kartika.
Namun demikian, Kartika menekankan komitmen Bank Mandiri untuk terus membiayai beragam proyek infrastruktur.
Ia menuturkan, setiap tahun Bank Mandiri mencantumkan dana sekira 1 miliar dollar AS di dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) untuk pembiayaan infrastruktur.
Selain itu, untuk keperluan pembiayaan infrastruktur, Bank Mandiri juga bekerja sama dengan berbagai lembaga keuangan.
Kartika mencontohkan, perseroan sudah menggandeng Bank Pembangunan China (CDB) dan akan menjajaki kerja sama dengan pihak dari Jepang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.