JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki tahun 2017 atau tahun Ayam Api dalam kalender Tionghoa, tantangan industri makanan dan minuman akan semakin beragam.
Oleh sebab itu, pemerintah sedianya harus selalu mendukung industri ini agar tetap bertumbuh karena hingga kuartal III 2016 lalu industri ini tumbuh dengan pesat.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam acara breakfast meeting industri makanan dan minuman di Kemenperin, Jakarta, Selasa (7/2/2017).
Apa saja tantangan bagi industri makanan dan minuman ke depan?
Pertama, sertifikasi halal. "Ini merupakan tantangan, tapi jangan sampai industri ini mengalami hambatan," papar Airlangga.
Kedua, selain sertifikasi halal, industri makanan dan minum juga menghadapi tantangan terkait kemasan produk yang ramah lingkungan.
"Salah satu juga yang menjadi konsen adalah mengenai packaging (kemasan) itu sendiri. Jadi ada kemasan yang ramah lingkungan dan yang tidak ramah lingkungan, tetapi bisa didaur ulang," lanjut dia.
Jika melihat kemasan produk industri makan dan minuman di Indonesia saat ini terbagi-bagi dalam bahan kemasan yang berbeda-beda, yakni mulai dari plastik, kertas, dan kaleng.
Menurut dia, kalau pengelolaan sampah baik, maka hal itu akan memudahkan industri. Sayangnya, masyarakat Indonesia belum terbiasa melakukan pemisahan sampah dari tingkat konsumen. Sehingga, sampah plastik, alumunium, sampah kertas jadi satu.
"Padahal, kalau pemisahan sampah ini dilakukan, pasti pelaku industri dapat menyerap (daur ulang sampah)," ujar Airlangga.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan