Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat... Begini Cara Mengelola Uang Gaji

Kompas.com - 16/02/2017, 09:42 WIB
Josephus Primus

Penulis


KOMPAS.com
 - Siapa yang tak senang hatinya saat hari gajian tiba. Bagi kebanyakan pegawai, hari gajian adalah hari paling dinanti. Bayangan untuk membeli berbagai kebutuhan yang diinginkan sudah memenuhi pelupuk mata.

Tak cuma itu, segepok duit di tangan baik dari gaji maupun bonus pekerjaan selalu punya kesan adanya jaminan bahwa segala urusan yang menghadang bisa tuntas. Pikiran dan hati bisa tenang kalau saldo masih lumayan banyak.

"Ketenangan pikiran berasal dari Saldo di rekening," begitu kicauan perencana keuangan Safir Senduk pada akun Twitter-nya.

Buah pikiran Safir Senduk bisa jadi ada benarnya. Kepastian adanya saldo di rekening tabungan dapat membuat segala perencanaan yang dibuat seakan-akan bakal menjumpai wujudnya.

Kendati demikian, harus pula diingat, seluruh uang yang ada di rekening mestinya tak habis begitu saja. Artinya, seluruh dana itu tidak semata-mata tergerus oleh kebutuhan konsumtif atau kewajiban membayar berbagai tagihan.

Harus ada dana yang disisihkan untuk membiakkan uang demi masa depan. Pertanyaan yang mengemuka sekarang, lantas bagaimana caranya?

Kembali ke amplop

Sebelum teknologi belum berkembang seperti sekarang, amplop punya peran penting dalam mengelola keuangan. Kala itu, terlebih di era sekitar 40 tahun lalu, setiap satu bulan sekali amplop digunakan sebagai "kantung" untuk menempatkan bagian-bagian uang yang akan digunakan, baik untuk kebutuhan konsumtif maupun investasi.

Bagian-bagian itu diatur berdasarkan prioritas dan keperluan berdasarkan jangka waktu. Misalnya, bedakan antara kebutuhan belanja bulanan pengeluaran tahunan dan investasi jangka panjang.

Thinkstock ilustrasi uang dalam amplop.

Meskipun konservatif, metode itu masih relevan dilakukan seperti tertulis dalam buku Manajemen by Amplop oleh Aidil Akbar. Dengan amplop, seseorang bisa membuat rencana finansial lebih teratur tanpa menghilangkan prioritas keuangan.

Aidil bahkan memberikan gambaran pembagian amplop dan besaran bagian masing-masing. Dia menggunakan analogi tiga amplop. Amplop pertama yang harus diisi adalah bagian investasi jangka panjang. Sisihkan dana sekitar 10-25 persen pada amplop itu.

Setelah mengisi amplop pertama, sekarang mulailah mengisi amplop kedua. Amplop ini digunakan untuk alokasi dana pengeluaran tahunan seperti pembayaran pajak, asuransi, dan simpanan dana darurat. Alokasikan sekitar 20-30 persen untuk ditaruh dalam amplop tersebut.

Setelah kedua amplop terisi, waktunya mengisi yang terakhir. Amplop ini digunakan untuk pengeluaran bulanan seperti biaya konsumsi, transportasi, tagihan kartu kredit, biaya telepon dan cicilan. Besaran isinya adalah sisa dari pembagian amplop sebelumnya.

Meski demikian, aturan mengenai besaran uang yang diisi dalam amplop tidaklah kaku. Terlebih lagi, banyak teori investasi menyebutkan bahwa maksimal 30 persen dari gaji atau bonus bisa dimanfaatkan untuk investasi kalau mau aman. Bagi yang bernyali besar, tantangan teori-teori investasi bisa diwujudkan.

Mari sedikit membuat perhitungan di atas kertas. Dengan gaji Rp 10 juta, berarti ada Rp 3 juta yang bisa dimanfaatkan untuk investasi. Taruhlah, separuh dari dana investasi itu—Rp 1,5 juta—ditempatkan di reksa dana. Separuh selebihnya, disimpan dalam bentuk deposito.

Sedikit catatan yang mengemuka dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksa dana lebih sering dianjurkan untuk dijadikan instrumen investasi. Pasalnya, selain cara berinvestasi yang cukup mudah—biasanya  melalui sarana digital—imbal hasil reksa dana lebih menjanjikan ketimbang instrumen lain, termasuk deposito.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com