Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Sawit, Belajar Melestarikan Lingkungan

Kompas.com - 22/02/2017, 11:05 WIB
Estu Suryowati

Penulis

BATANGHARI, KOMPAS.com - Sesekali tiap Sabtu, siswa SMA Negeri 11 Batanghari, Desa Terusan, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten Batanghari, Jambi digiring keluar kelas oleh guru pengampu muatan lokal (mulok).

Di hamparan lahan seluas 0,8 hektare, mereka bukan tengah bermain atau mendapat hukuman dari sang guru. Mereka belajar tentang sawit, komoditas perkebunan yang olahannya biasa kita jumpai.

Ya, sejak Oktober 2016, pelajar di SMA Negeri termuda di Batanghari itu mendapatkan edukasi tentang sawit dalam pelajaran muatan lokal pertanian perkebunan sawit.

Kepala Sekolah SMA Negeri 11 Batanghari Al Fakihi menuturkan, dalam pelajaran mulok ini, siswa diajarkan mulai dari teori hingga praktik perkebunan sawit berkelanjutan.

Menurut Al, ketrampilan dalam berkebun sawit berkelanjutan penting diajarkan sejak dini. Sebagian besar dari 228 siswa dari tiga kelas di sekolah itu adalah anak-anak petani. Tak sedikit diantara orangtua mereka adalah petani sawit.

Tetapi jangan salah sangka, bahwa pelajaran ini bermaksud mempersiapkan siswa menjadi buruh atau petani sawit. Bukan, bukan seperti itu.

Memang diakui Al, baru antara 10-15 persen dari siswa lulusan sekolah itu yang bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Tetapi Al menjelaskan, selain edukasi sejak dini kepada para siswa, pelajaran mulok pertanian perkebunan sawit ini juga memberikan manfaat sosial-lingkungan dan finansial.

Tengok saja materi-materi yang diberikan. Tak hanya morfologi tanaman, mereka juga diajarkan mengenali struktur hingga varietas sawit. Siswa juga memperoleh materi tentang bagaimana cara mengendalikan gulma, merawat, serta memupuk sawit.

"Semuanya diajarkan dari pra hingga pascapanen," kata Al di Batanghari, Jambi, Senin (20/2/2017). Al yang juga ketua Kelompok Tani Talang Betuah paham betul bagaimana kebiasaan lama masyarakat dalam berkebun sawit. Menurut dia, seharusnya kebiasaan itu tidak diteruskan lagi.

Misalnya dalam kegiatan pasca panen yang semestinya kini sudah harus zero fire, atau tanpa pembakaran. Melalui pelajaran mulok pertanian perkebunan sawit yang diberikan kepada siswa ini, diharapkan edukasi mengenai cara berkebun sawit berkelanjutan menular ke orang tua mereka.

Pelajaran mulok pertanian perkebunan sawit itu sendiri tak lain adalah bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) PT Asian Agri, bernama Sekolah Sawit Lestari (SSL).

Dari sisi manfaat finansial, Al melanjutkan, program ini juga bisa menjadi sumber pendanaan alternatif bagi sekolah.

Dalam praktik berkebun, sekolah ini sudah menanam 100 pokok pohon sawit. Kira-kira pohon-pohon ini bisa dipanen dalam 28 bulan ke depan. Jika berbuah dengan produktivitas 250 kilogram (kg) tandan buah segar per batang per tahun, maka hasil 3,5 pohon sawit itu jika dihargai Rp 1.800 per kg, sudah setara dengan bantuan operasional sekolah untuk satu orang siswa SMA sebesar Rp 1,4 juta per tahun.

"Kami sudah menyiapkan sistem pemanfaatan hasilnya. Karena ada beberapa pembiayaan yang timbul di sekolah, yang tidak bisa di-cover oleh dana dari pemerintah," kata Al. Misalnya kata dia, untuk renovasi sekolah pasca siklus banjir besar lima tahunan, kadang kala pembiayaan dari pemerintah tidak spesifik dan sangat kecil nominalnya.

Dengan demikian, selain manfaat edukasi, manfaat finansialnya program SSL ini, juga bisa dipetik untuk keberlangsungan pendidikan.

Senior Manager PT Inti Indosawit Subur (IIS) - anak usaha Asian Agri - Muhammad mengatakan, memang aktivitas CSR yang dilakukan Asian Agri beberapa tahun belakangan sudah sedikit bergeser.

Jika sebelumnya lebih banyak pada pembangunan infrastruktur, saat ini lebih fokus pada sisi edukasi. "Dengan adanya SSL ini, anak-anak SMA memiliki pengetahuan tentang sawit yang lebih baik. Di SMA 11 ini siswanya kebanyakan anak petani binaan IIS. Misalnya orang tua mindset-nya agak sulit berubah, melalui anak-anak ini diharapkan perilaku negatif bisa dikurangi," kata Muhammad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com