Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Investasi Reksa Dana Untuk Tujuan Pendidikan Anak

Kompas.com - 23/02/2017, 09:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Secara umum, jenis reksa dana dari yang paling konservatif ke yang paling agresif adalah reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran dan reksa dana saham. Dari keempat jenis reksa dana ini, mana yang paling cocok untuk tujuan pendidikan anak?

Dibandingkan dengan tujuan keuangan seperti pensiun, biaya pernikahan, DP Rumah, perjalanan ibadah dan tujuan keuangan lain, persiapan pendidikan anak adalah tujuan keuangan yang tidak boleh menyisakan ruang untuk kesalahan.

Kalau dana untuk pensiun tidak cukup, ibaratnya kita masih bertahan dengan gaya hidup yang lebih sederhana. Jika dana untuk pernikahan kurang, bisa dibuat pesta pernikahan dengan budget lebih rendah dan sebagainya.

Namun untuk pendidikan anak, tidak mungkin bagi orang tua untuk menunda masuk sekolah atau perguruan tinggi anak karena dana yang ada tidak mencukupi. Bila perlu, orang tua bisa berutang untuk bisa memenuhi biaya pendidikan anaknya.

Faktor “tidak bisa ditunda” dalam melakukan perencanaan pendidikan anak menjadi tantangan tersendiri karena reksa dana memiliki risiko.

Dalam Bahasa yang lebih sederhana, risiko dapat dipahami sebagai kondisi dimana hasil investasi reksa dana yang diharapkan berpotensi tidak tercapai dan bahkan bisa mengalami kerugian. Kinerja reksa dana yang cukup fluktuatif selama beberapa tahun belakangan ini mengingatkan kembali investor akan adanya risiko tersebut.

Dengan tidak berinvestasi, sebenarnya investor juga mengalami risiko. Dana yang tersedia mungkin saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang karena tidak berkembang dengan optimal.

Untuk itu, dalam memilih reksa dana untuk perencanaan pendidikan anak, investor perlu lebih jeli. 3 hal yang perlu diketahui sejak awal sebelum berinvestasi adalah Tujuan Investasi, Asumsi Imbal Hasil Reksa Dana dan Kemampuan Keuangan

Tujuan Investasi

Tujuan sangat penting dalam berinvestasi. Investasi tanpa tujuan ibarat berkendara tanpa tahu kita mau kemana. Besarnya kebutuhan yang diperlukan bisa dijadikan sebagai tujuan dalam berinvestasi.

Sebagai gambaran, besaran biaya pendidikan S-1 di Universitas swasta dan negeri di kota besar di Indonesia memerlukan sekitar Rp 100 juta untuk 8 semester untuk jurusan ekonomi dan akuntansi. Angka ini belum memperhitungkan biaya hidup, kebutuhan buku, dan pengeluaran lainnya berkaitan dengan kegiatan perkuliahan.

Untuk jurusan teknis atau spesialisasi seperti IT, arsitek dan kedokteran, kebutuhan biaya bisa jauh lebih tinggi.

Untuk biaya pendidikan luar negeri tentu lebih mahal. Total biaya hidup selama 4 tahun dan biaya kuliah universitas ternama jurusan manajemen dan ekonomi di Singapura bisa membutuhkan sekitar Rp 1,5 miliar.

Angka di atas ditambah dengan inflasi akan menjadi Tujuan Investasi yang mesti kita capai. Katakanlah anda ingin anak bisa mengenyam pendidikan di universitas tinggi di dalam negeri.

Saat ini usia anak adalah 8 tahun sehingga baru dibutuhkan 10 tahun kemudian. Dengan asumsi inflasi 7 persen per tahun, maka pada akhir tahun ke 10, biaya pendidikan setelah kenaikan inflasi adalah Rp 196,7 juta.

Asumsi Imbal Hasil Reksa Dana

Semakin konservatif reksa dana, semakin kecil risiko tapi begitu juga asumsi imbal hasilnya. Berdasarkan data historis kinerja reksa dana, bisa disimpulkan rata-rata imbal hasil untuk reksa dana adalah

  • Reksa dana pasar uang 5 – 6%
  • Reksa dana pendapatan tetap 7 – 10%
  • Reksa dana campuran 11 – 16%
  • Reksa dana saham 17 – 20%

Angka di atas bukan merupakan suatu jaminan pasti akan tercapai di masa mendatang. Namun setidaknya pernah tercapai di masa lalu. Ada kemungkinan pula mengalami kerugian khususnya reksa dana saham dan campuran seperti pada tahun 2008, 2013 dan 2015.

Besaran asumsi imbal hasil tersebut digunakan untuk mencari besaran nilai investasi yang dibutuhkan. Dengan menggunakan angka asumsi imbal hasil yang paling kecil, untuk bisa mencapai Rp 196.7 juta 10 tahun yang akan datang, besaran investasi yang perlu dilakukan adalah

  • Reksa dana pasar uang Rp 1,269,195 per bulan selama 10 tahun atau total Rp 152.303.400
  • Reksa dana pendapatan tetap Rp 1,143,567 per bulan selama 10 tahun atau total Rp 137.228.040
  • Reksa dana campuran Rp 926,024 per bulan selama 10 tahun atau total Rp 111.122.880
  • Reksa dana saham Rp 671,684 per bulan selama 10 tahun atau total Rp 80.602.080

Semakin tinggi potensi imbal hasil reksa dana, maka semakin sedikit pula jumlah dana yang dibutuhkan. Tapi ketika mengalami gejolak, kemungkinan untuk tidak mencapai target yang diharapkan juga karena adanya risiko juga semakin tinggi.

Untuk memperoleh perhitungan di atas, anda dapat menggunakan fitur kalkukator finansial yang saat ini semakin banyak disediakan oleh para agen penjual dan manajer investasi. Apabila masih kesulitan, anda bisa meminta tenaga penjual atau agen pemasar menyiapkannya untuk anda.

Kemampuan Keuangan

Setelah mengetahui tujuan dan nilai investasi yang diperlukan, maka langkah terakhir adalah mengukur kemampuan keuangan pribadi. Untuk tujuan keuangan yang tidak bisa ditunda, maka pilihan terbaik adalah mengambil reksa dana yang risikonya paling kecil.

Berdasarkan perhitungan sebelumnya, diketahui untuk reksa dana pasar uang, diperlukan investasi sebesar Rp 1.26 juta per bulan supaya bisa tercapai. Apabila kita memiliki kemampuan keuangan untuk menyisihkan Rp 1.26 juta tersebut, maka sebaiknya memilih reksa dana pasar uang meskipun profil risiko kita agresif dan tujuan keuangannya masih 10 tahun lagi.

Bagaimana jika kemampuan keuangan kita tidak cukup? Misalkan investor hanya mampu menyisihkan Rp 750.000 per bulan padahal profil risikonya konservatif.

Jika kondisi ini terjadi, maka ada 2 opsi, Pertama, sebesar Rp 671 ribu per bulan diinvestasi pada reksa dana saham dan sisanya reksa dana pasar uang. Pada saat terjadi penurunan pada bursa, investasi yang dikumpulkan pada reksa dana pasar uang bisa digunakan untuk membeli lebih banyak.

Kedua, investasikan seluruhnya pada reksa dana saham namun lakukan pemantauan secara berkala. Apabila sudah tercapai sebelum tahun ke 10, misalkan tahun ke 7 atau 8 atau berkinerja sangat baik, maka bisa ditarik lebih awal dan diamankan di reksa dana pasar uang.

Jadi, dalam perencanaan pendidikan anak, kunci yang utama adalah memilih reksa dana yang sekonservatif mungkin. Jangan karena kebutuhan dananya lebih sedikit, kita memilih jenis reksa dana yang agresif.

Apabila Anda merasa diri anda memiliki profil agresif dan mampu merasa menghadapi risiko, maka tidak mengapa menggunakan reksa dana lebih agresif seperti campuran atau saham. Namun perlu dilakukan pemantauan secara berkala setidaknya 1 kali setiap tahun. Dan berinvestasilah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan.

Demikian artikel ini semoga bermanfaat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com